PRILAKU KEISLAMAN MURID DI SD NEGERI 1 PONGKALAERO KECAMATAN KABAENA SELATAN
KABUPATEN BOMBANA
SKRIPSI
Diajukan Untuk
Mengikuti Ujian
Hasil Pada Fakultas Agama Islam
OLEH :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
2012
PENGESEHAN PEMBIMBING
PRILAKU KEISLAMAN MURID
DI SD NEGERI 1 PONGKALAERO KECAMATAN KABAENA SELATAN
KABUPATEN BOMBANA
Kendari
Mei
2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. SYAMSU, M.Pd NASRI AKIB., S.Ag, M.Pd.I
Mengetahui:
Dekan
Fakultas Agama Islam
Universitas
Muhammadiyah Kendari
Drs. SYAMSU., M.Pd
ABSTRAK
Nama
Zainul Nim. 21022055
Judul “Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena
Selatan Kabupaten Bombana.” (Dibimbing oleh Bapak Drs. Syamsu, M.Pd dan Bapak Nasri Akib, S.Ag,
M.Pd.I.)
Prilaku keislaman merupakan salah satu indentitas pada setiap individu
yang menandakan bahwa segala bentuk tindakan yang searah dengan konsep yang
tertuang dalam ajaran-ajaran islam, prilaku tersebut dipandang perlu untuk
diimplementasikan kepada setiap murid dan tidak terkecuali pada murid Sekolah
Dasar karena dengan penerapan prilaku sejak dini akan sama halnya dengan
penanaman identitas muslim kepada murid sejak dini. Beranjak dari hal tersebut maka penulis
terinsipirasi untuk melakukan penelitian yang searah dengan konsep prilaku
keislamn murid khususnya di SD Negeri 1 Pingkalaero Kec. Kabaena Selatan.Tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan prilaku
murid dalam proses pembelajaran serta mendeskripsikan aktivitas murid yang bercorak keislaman
dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh data yang relevan dalam
penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan wawancara, observasi dan selanjutnya dianalisis melalui pola
reduksi, display serta verifikasi data .
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prilaku
keislaman murid merupakan suatu bentuk tindakan atau sikap murid yang dapat berupa tindakan seperti membaca
Al-Qur’an, bersikap jujur, serta mengikuti segala bentuk kegiatan yang
bernuansa Islam dalam lingkungan pendidikan dan hal tersebut dapat diakibatkan
dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat
religius yang mempengaruhi sehingga murid berprilaku yang searah dengan
tuntutan dalam Islam.
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang
sedalam-dalamnya atas segala nikmat karunia Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini dengan judul "Prilaku Keislaman Murid SD Negeri 1 Pongkalaero
Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana". Penulis menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan
yang diberikan dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bantuan tenaga,
pikiran, waktu, moril dan materiil yang bersifat membantu proses penyusunan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs Syamsu, M.Pd selaku dosen pembimbing
utama dan Bapak nasri Akib S.Ag, M.Pd. selaku dosen pembimbing pendamping yang
dengan penuh kesabaran dan perhatian telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selain itu
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Dr. Rifai Nur, M. Hum, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kendari yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam keberhasilan studi setiap mahasiswa.
2.
Bapak
Drs, Syamsu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Agama Islam yang telah membina, mengarahkan selama
proses pendidikan penulis di Universitas Muhammadiyah Kendari.
3.
Bapak
Arfan selaku Kapala
Sekolah yang telah meluangkan waktu
dan mengarahkan penulis dalam
proses penelitian di lapangan
4.
Seluruh keluarga bersar penulis terima kasih atas
semua motivasinya
5.
Selanjutnya
kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan penulis serta memberikan
bantuan materi maupun non materi sehingga dapat menyelesaikan proses studi.
Kepada rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai judul yang ditentukan.
Hanya dengan do’a semoga
mereka yang disebut di atas mendapat pahala dan
keselamatan dari Allah Swt. Mudah-mudahan skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak dalam menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Kendari, Juni 2012
Penulis
.............
ABSTRAK
Nama ..................... Judul “Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena
Selatan Kabupaten Bombana.” (Dibimbing oleh Bapak Drs. Syamsu, M.Pd dan Bapak Nasri Akib, S.Ag,
M.Pd.I.)
Prilaku keislaman merupakan salah satu indentitas pada setiap individu
yang menandakan bahwa segala bentuk tindakan yang searah dengan konsep yang
tertuang dalam ajaran-ajaran islam, prilaku tersebut dipandang perlu untuk
diimplementasikan kepada setiap murid dan tidak terkecuali pada murid Sekolah
Dasar karena dengan penerapan prilaku sejak dini akan sama halnya dengan
penanaman identitas muslim kepada murid sejak dini. Beranjak dari hal tersebut maka penulis
terinsipirasi untuk melakukan penelitian yang searah dengan konsep prilaku
keislamn murid khususnya di SD Negeri 1 Pingkalaero Kec. Kabaena Selatan.Tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan prilaku
murid dalam proses pembelajaran serta mendeskripsikan aktivitas murid yang bercorak keislaman
dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh data yang relevan dalam
penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan wawancara, observasi dan selanjutnya dianalisis melalui pola
reduksi, display serta verifikasi data .
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prilaku
keislaman murid merupakan suatu bentuk tindakan atau sikap murid yang dapat berupa tindakan seperti membaca
Al-Qur’an, bersikap jujur, serta mengikuti segala bentuk kegiatan yang
bernuansa Islam dalam lingkungan pendidikan dan hal tersebut dapat diakibatkan
dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat
religius yang mempengaruhi sehingga murid berprilaku yang searah dengan
tuntutan dalam Islam.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..........................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KRIPSI……………………………....
|
i
ii
|
||
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI……..…………….…………………..…..
KATA PENGANTAR………………………………………………........................
ABSTRAK…………………………………………………………….…………….
|
iii
iv
vi
|
||
DAFTAR ISI……………………………………………………………....……......
DAFTAR
LAMPIRAN………………………………………………….................
|
vii
ix
|
||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
||
A. Latar
Belakang…………………………………….……....……….
B.
Fokus
Penelitian................................................................................
C.
Definisi
Operasional..........................................................................
D. Tujuan
Penelitian...............................................................................
E.
Manfaat
Penelitian…………………….….....…......................….…
|
1
5
6
6
7
|
||
BAB II
|
KAJIAN PUSTAKA
|
||
A. Tinjauan Umum Prilaku Keislaman….................................………
B. Deskripsi
Keislaman Siswa...............................................................
1. Tahap-Tahap
Perkembangan Prilaku Keislaman........................
2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Prilaku Keislaman Siswa...
3. Upaya-Upaya
Membentuk Prilaku keislaman Siswa..................
|
8
18
20
23
25
|
||
BAB III
|
METODE PENELITIAN
|
||
A. Jenis Penelitian……………………...………………............….…..
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian…………….…...………………….…
C.
Sumber Data Dan Tehnik Penentuan Informan................................
D. Metode Pengumpulan Data……………..…....……………..…...…
E.
Tekhnik
Pengolahan Data…….......…………….……………...….
|
28
28
29
30
31
|
||
BAB IV
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
||
A. Prilaku
Keislaman murid dalam Belajar SDN 1 Pongkalaero Kec. Kabaena Selatan Kab.
Bombana………………………….………...
B.
Faktor yang Mepengaruhi Prilaku Keislaman Murid SDN I
Pongkalaero Kec. Kabaena Selatan Kab.
Bombana………………
|
33
40
|
||
BAB V
|
PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….……...
B.
Saran-saran………………………………………………...………..
|
54
54
|
|
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
1: Pedoman Wawancara………………………………………………. 58
Lampiran
2 : Panduan Observasi…………………………………………………. 59
Lampiran
3 : Panduan Dokumentasi……………………………………………… 60
Lampiran
4 : Surat Keterangan Penelitian………..………………………………. 63
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidik baik dari hasil prestasi ataupun dari ranah
afektif maupun psikomorik, hal tersebut lebih jelas di paparkan dalam Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan: Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pada
undang-undang di atas dapat diketahui bahwa tujuan utama pendidikan adalah berkembangnya
potensi peserta didik. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan
yang diperlukan oleh seseorang untuk bekal menggapai hidup yang sukses di masa
depan. Oleh karena itu, biasanya pendidikan didefinisikan sebagai usaha untuk
membantu peserta didik mengembangkan diri, guna menghadapi perannya di masa
datang. Berdasarkan dari tujuan pendidikan diatas itulah, maka dapat diketahui
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Salah satu
permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.(Erman, 2012:1). Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan
kurikulum, pengadaan buku dan alat-alat pelajaran, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
semua itu masih kurang menunjukkan adanya peningkatan kualitas pendidikan yang
signifikan bahkan juga dalam konteks kehidupan sehari-hari disetiap lembaga
pendidikan kerapkali dijumpai peserta didik yang memiliki maslah dalam belajar.
Belum baiknya kualitas hasil belajar tersebut tampaknya berpengaruh juga
terhadap daya saing kualitas angkatan kerja di tingkat dunia khususnya dunia
kerja. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja bangsa kita sangat memprihatinkan.
Hal tersebut dikarenakan, 53 %-nya tidak berpendidikan, 34 % berpendidikan
sekolah dasar, 11 % berpendidikan menengah, dan 2 % yang berpendidikan tinggi.
Sedangkan menurut laporan Human Development Report tahun 2010, peringkat
HDI (Human Development Index) atau kualitas sember daya manusia
Indonesia berada diurutan 112 dari 174 negara didunia (Nurhadi,2010:1)
Berdasarkan
permasalahan di atas disebabkan akibat adanya pola pikir sentralistik,
monolistik, dan uniformistik yang mewarnai dunia pendidikan kita. Selama ini
model pembelajaran konvensional diterapkan di sekolah. Guru sebagai bagian
sumber informasi dalam menyampaikan kepada murid, cenderung menggunakan metode ceramah.
Sejak dulu sampai sekarang hasil pendidikan baru mampu membekali murid
menghafal fakta-fakta yang didapat dari buku referensi mata pelajaran. Diakui
memang faktor guru selalu berada di barisan tedepan. Sebagai guru, selain menguasai
ilmu yang akan diajarkan, guru dituntut mampu mengelola program belajar, mampu
mengelola manajemen kelas dan murid, dan mampu memilih metode belajar yang
tepat dan jauh ke depan demi kualitas hasil belajar murid. Lebih lanjut, bahwa
sebagian besar murid belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pengetahuan siterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Murid
juga mengalami kesulitan untuk memahami konsep dari metode mengajar guru yang
cenderung ceramah. Dengan melihat kondisi di atas, kita sebagai orang yang
berada di lingkungan pendidikan perlu memulai untuk mengadakan
perubahan-perubahan meskipun dalan taraf yang kecil sehingga tujuan lembaga
pendidikan mudah tercapai.
Belajar akan
menjadi lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang telah mereka
pelajari, sehingga anak tidak hanya mampu dalam menghafal tetapi lebih jauh
lagi mampu memecahkan masalah dalam belajarnya sendiri. Berdasarkan itu pula
diharapkan murid dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan terhindar dari
perilaku belajar yang menyimpang dari tujuan pembelajaran itu tersendiri,
karena pembelajaran yang beroreintasi pada target penguasaan materi terbukti
berhasil dalam kompetisi meningat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.(Diknas,2006:6). Akhirnya
muara dari pembelajaran tersebut adalah meningkatnya keaktifan murid yang
nantinya pasti akan berkembang menjadi meningkatnya prestasi dan prilaku
belajar murid serta mampu menambah serta wawasan guru dalam pengembangan
pembelajaran. Semua harapan tersebut dapat diperoleh murid dengan syarat murid harus
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sikap saling mengahargai dan menghormati,
keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Agama memiliki
peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. dalam hubungannya dengan Agama
menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat.
Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia utamanya yang menyangkut
prilaku murid maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap
pribadi peserta didik menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan
baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan
Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan
pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama
Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman,
takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan,
khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Sebagai landasan dalam (QS 95:4)
yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Dalam
kaitannya dengan ayat di atas maka manusia seperti itu
diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang
muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, Nasional, regional
maupun global peserta diharapkan dapat mencapai sasaran pendidikan.
Pencapaian
seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan.
Peran semua unsur sekolah, orang tua murid dan masyarakat sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islam
agar menjadi cerminan dalam kehidupan yang berdih dari tindakan atau prikalu
yang abnormal sejak dini. Berdasarkan
uraian di atas, maka peneliti terinspirasi
untuk mengkaji lebih faktual dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “Prilaku Keislaman Siswa di SD 1 Pongkalaero Kecamatan
Kabaena Selatan Kebupaten Bombana”
B.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini difokuskan masalah dalam penelitian bahwa bagaimanakah prilaku keislaman murid di SD
Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana?
C.
Definisi Operasional
Pada dasarnya definisi operasional merupakan suatu penjelasan yang
dipaparkan oleh setiap penulis dalam upaya memberikan penjelasan secara
singkat tentang variabel-variabel
tertentu dalam setiap judul yang menjadi kajian dalam penulisan, oleh karena
itu untuk menghindari kesalah penafsiran pembaca terhadap kajian dalam
penulisan ini maka penulis membatasi pengertian dalam judul penelian ini
sebagai berikut:
1. Prilaku keislaman adalah: suatu sikap atau kebiasaan
setiap individu dalam kehidupan sehari-hari senantiasa berpedoman pada prilaku yang telah
digariskan dalam kehidupan islam seperti pada nilai-nilai pelaksanaan ibadah,
syariat yang tidak keluar dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadist.
2. Murid adalah : peserta didik atau siswa yang duduk
dibangku sekolah dasar khususnya di SDN 1 Pongkalero dan sedang menuntut ilmu.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
prilaku keislaman
murid dalam proses pembelajaran di SD Negeri 1 Poangkalaero
Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten
Bombana
2.
Untuk mendeskripsikan
bentuk prilaku keislaman murid yang bercorak
keislaman dalam proses pembelajaran di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan
Kabaena Selatan Kabupaten
Bombana
E. Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Penulis: Penelitian
ini sebagai pengalaman dalam hal penelitian lapangan sebagai salah satu syarat
dalam kegiatan akdemik penulis.
2.
Bagi Sekolah: Dapat
dipakai sebagai masukan khususnya bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui identifikasi prilaku murid.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Tinjaun
Umum Prilaku Keislaman
Istilah prilaku sesungguhnya berawal dari kata sikap,
prilaku biasanya dimaknai dengan sikap yang ditunjukan dengan perbuatan seseorang. Karena dalam focus penelitian ini adalah prilaku siswa, maka yang dimaksudkan adalah prilaku, tindakan serta perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang dalam kehidupan kesehariannya Secara umum perilaku
diartikan sebagai semua yang dilakukan oleh seseorang. Perilaku merupakan
fungsi dari variael individu dan lingkungan. Variable lingkungan terdiri dari
lingkungan kerja, yaitu desain tugas, struktur organisasi, kebijakan dan
aturan, penghargaan dan sanksi, dan sumber daya, Sementara variable individu
terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, kepribadian,
persepsi, sikap, nilai-nilai, umur, jenis kelamin, dan pengalaman.(Gibson,
2004:95-96) Hasil dari berbagai studi tentang perilaku menyimpulkan bahwa :
(1)
Perilaku disebabkan
oleh sesuatu
(2)
Perilaku mengarah pada
tujuan tertentu
(3)
Perilaku dapat diobservasi
dan dapat diukur
(4)
Perilaku yang tidak
dapat diobservasi juga merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan;
(5)
Perilaku didorong oleh
sesuatu.
Perilaku didefinisikan
sebagai cerminan pilihan sadar yang didasarkan atas reaksi atau pikiran seseorang
terhadap alternatif-alternatif yang berbeda-beda.(Kanet,1998:108) Perilaku
adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Perilaku adalah fungsi dari interaksi antara seorang individu dan lingkunganya.(Thoha,2001:23)
Perilaku adalah tindakan-tindakan orang. Studi perilaku berhubungan dengan
sikap yang diartikan sebagai pernyataan penilaian (evaluative statement) atas obyek tertentu, orang, atau kejadian. Dalam hal ini
terdapat teori cognitive dissonance yang menyatakan bahwa
ketidakkonsistenan adalah ketidaknyamanan dan orang cenderung untuk mengurangi
ketidaknyamanan tersebut, sehingga individu mencari stabilitas.(Stephan,2003:
370)
Teori tindakan
beralasan (reason action) menyatakan bahwa manusia pada umumnya
melakukan sesuatu dengan cara-cara rasional, mempertimbangkan semua informasi
yang ada dan memperhitungkan implikasi dari tindakan mereka. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh: (1) sikap spesifik terhadap sesuatu; (2) norma-norma
subyektif atau keyakinan; (3) keduanya membentuk intense untuk perilaku.
(Hasin:1990 : 44)
Dalam mengkaji tentang
perilaku terutama perilaku individu dikenal istilah kontrak psikologis (psychological
contrack), yaitu seluruh ekspektasi individu dalam hubunganya dengan
kontribusinya. Sementara Simon (1997:76) menjelaskan perilaku individu setiap orang
berhadapan dengan berbagai alternatif perilaku. Keputusan atau pilihan adalah
proses dimana satu alternatif dalam satu kesempatan perilaku dipilih.
Sekumpulan keputusan yang menentukan perilaku dalam kurun waktu tertentu
disebut strategi. Dalam hal ini perilaku pengambilan keputusan melalui tahapan:
( 1) menyusun alternatif strategi; (2) penentuan konsekuensi yang mengikuti
setiap stategi; (2) evaluasi perbandingan masing-masing konsekuensi. Hal demikian
disebut sebagai perilaku yang rasional.
Lebih lanjut perilaku
yang baik dicirikan sebagai : (1) dukungan terhadap sesama (personal
support), yang terdiri dari: a) membantu teman (helping); b) bekerja
sama (cooperation); c) memotivasi orang lain (motivating); (2)
dukungan terhadap organisasi (organizational support), yang terdiri: a)
menyampaikan hal-hal positif (representing); b) bekerja lebih lama (loyalty);
c) menjunjung tinggi ketentuan dan peraturan oragnisasi (compliance);
(3) inisiatif untuk melakukan hal yang baik (conciating support), yang
terdiri dari: a) berpendirian teguh (persistence): b) menyelesaikan
masalah dan mengusulkan solusinya (initiatife): dan c) mengembangkan
diri (self development).
Faktor-faktor yang
mendasari perilaku manusia adalah nilai-nilai, sifat kepribadian, interaksi
dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.(Syaifuddin: 1998:
29) Jelaslah bahwa perilaku seseorang didasari atau dipengaruhi oleh
nilai-nilai atau system nilai yang dominan dan berkembang dalam lingkungannya.
Nilai mengandung suatu
unsur pertimbangan dalam mengemban gagasan-gagasan seseorang mengenai apa yang
benar baik atau diinginkan. Dengan sistem nilai, seorang individu sebelum
bertindak telah memiliki pertimbangan tentang baik buruknya suatu tindakan.
Dengan sistem nilai seorang santri misalnya, sudah memiliki pemahaman tentang
sesuatu yang baik atau buruk sebelum melakukan tindakan. Nilai didefinisikan
oleh Robbins (1986:132) sebagai keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau
keadaan akhir esistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosial dari
pada suatu modus perilaku keadaan akhir atau keadaan akhir yang berlawanan.
Sistem nilai merupakan suatu hierarki yang didasarkan pada suatu peringatan
nilai seorang individu dalam hal intensitasnya.
Menurut Robert
Albanese,(1981:645) nilai-nilai merupakan kepercayaan tentang prilaku baik dan
buruk. Nilai-nilai memberikan sistem pemandu umum bagi perilaku seseorang.
Sistem nilai seseoarang merupakn suatu kerangka persepi yang permanen secara
relatif yang membentuk dan mempengaruhi sifat umum dari perilaku seseoarang.
Nilai-nilai yang bersifat stabil dan umumnya mempengaruhi sikap dan perilaku.
Nilai-nilai ini sebagian besar ditentukan oleh berbagai faktor, seperti budaya,
warga, sekolah, dan lingkungan. Sebagian besar nilai dibangun dalam usia dini
dari orang tua, guru, tetangga dan masyarakat.
Nilai bersifat stabil
dan umumnya mempengaruhi sikap dan perilaku. Sebagian besar nilai dibangun
sejak usia dini. Untuk lebih memahami tentang nilai, uraian Talcott Parsons
tentang sistem sosial (social system), sistem keperibadian (personilty
system) dan sistem budaya (cultural system) mungkin berguna. Sistem
sosial merupakan suatu sistem tindakan yang mempunyai ciri-ciri berikut; (1)
Melibatkan proses interaksi antara dua atau lebih aktor. (2) Situasi ke arah
dimana aktor berorientasi yang mencakup aktor-aktor lain. (3) Terhadap saling
ketergantungan dan, sebagian tindakan diperlihatkan, dimana hal ini merupakan
suatu fungsi dari orientasi tujuan kolerktif atau nilai-nilai bersama, dan
suatu konsensus dari harapan-harapan normatif dan kognitif. (Edward,1962:54)
Sistem kepribadian
merupakan suatu sistem tindakan yang mempunyai ciri-ciri berikut; (1) sistem
yang mencakup saling keterhubungan (interconnections) dari
tindakan-tindakan aktor perorangan. (2) tindakan aktor diorganisasikan oleh
suatu strtuktur disposisi kebutuhan (need disposition). (3) Tindakan
dari aktor beragam tidak dapat dipilih secara acak tetapi harus mempunyai suatu
organisasi penentu kesesuaian atau integrasi.
Sistem standar nilai
dan pola-pola budayaatau prilaku lain
jika terlembagakan (institutionalized) dalam sistem dan mendarah daging (internalized),
dalam sistem keperibadian yang memandu aktor berdasarkan baik orientasi pada
tujuan akhir (ends) maupun aturan
normatif (normative regulation) sarana-sarana dan tindakan-tindakan
ekspresif, jika disposisi kebutuhan dari aktor memungkinkan persoalan-persoalan
ini.
Koentjaraningrat
(1996:6) mencatat terdapatnya anjuran agar kebudayaan dibedakan sesuai dengan 4
(empat) wujudnya, yang secara
simbolis digambarkan oleh 4
(empat) lingkaran konsentris. Pertama,
lingkaran paling luar melambangkan kebudayan sebagai artefacts
(benda-benda fisik). Kedua, lingkaran yang melambangkan kebudayaan
sebagai sistem perilaku (tindakan) yang berpola. Ketiga, lingkaran yang
melambangkan kebudayaan sebagai suatu sistem gagasan. Keempat, lingkaran
paling dalam yang merupakan pusat atau inti dari seluruhnya yang melambangkan
kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis.
Begitu juga halnya
perilaku keagamaan merupakan sistem nilai itu sendiri. Pandangan ini sejalan
dengan ungkapan inti kebudayaan adalah sistem nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan
yang bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi abstrak
tentang apa yang dianggap buruk (sehingga harus dijauhi) dan apa yang dianggap
baik (sehingga harus sekaku yang dianut). Konsepsi abstrak yang pertama dikenal
dengan sistem nilai negatif atau perilaku negatif, sedangkan sistem nilai yang
kedua adalah sistem nilai positif atau perilaku positif.(Soejono Soekanto1990:
208)
Dengan demikian sistem
nilai merupakan inti dari kebudayaan atau prilaku yang akan menentukan sifat
dan corak dari pikiran, cara berpikir, perilaku manusia. Semua sistem nilai
budaya dalam semua kebudayaan di dunia mencakup 5 (lima) masalah pokok dalam
kehidupan manusia. Kelima masalah pokok tersebut mencakup; (1) konsepsi mengenai hakekat
hidup; (2) konsepsi mengenai hakekat karya; (3)konsepsi mengenai hakekat waktu;
(4) konsepsi mengenai hakekat hubungan manusia dengan lingkungan alam; dan (5)
konsepsi mengenai hakekat hubungan manusia dengan lingkungan sosial.(Koendjara
Ningrat, 1974:32-37)
Perilaku siswa yang
didasarkan pada nilai-nilai keislaman ini kemudian lebih dikenal sebagai akhlak
yang baik (akhlak al-karimah). Akhlakul karimah terdiri dari akhlak
kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan. Bentuk
berakhlak kepada Allah, di antaranya mencintainya, bertaubat kepadanya,
mensyukuri nikmatnya, selalu berdoa kepadanya beribadah kepadanya, meniru
sifatnya, dan berusaha mencari ridhanya.(Abudinata, 2002:147-148)
Bentuk akhlakul karimah
pada manusia adalah jujur, penolong, berani, adil, rajin, disiplin, kreatif,
sederhana, berbaik sangka, dermawan, toleransi, berbakti pada orang tua, iffah
(tahu diri). Jika akhlakul karimah diamalkan oleh setiap muslim dalam
kehidupannya maka akan terwujud keharmonisan atau kerukunan diantara sesama
manusia.(2000:149)
Sistem pendidikan agama
dapat melestarikan ciri-ciri khas keislaman dalam berinteraksi sosial, yaitu :
(1) Adanya hubungan yang akrab antara siswa dan guru serta taat dan hormatnya
yang merupakan figur karismatik dan menjadi contoh yang baik; (2) Semangat
menolong diri sendiri dan mencintai diri sendiri (3) Jiwa dan sikap tolong
monolong, kesetiakawanan, dan suasana kebersamaan dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan sesam
muslim; (4) Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan
dan beribadah; (5) Hidup hemat dan sederhana; (6) Merintis sikap jujur dalam
setiap ucapan dan perbuatan.
Dari beberapa kajian
teori di atas dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan perilaku keislaman
adalah tindakan seseorang dalam
lingkungannya sebagai pilihan sadar atas alternatif yang ada yang mengarah pada
tujuan tertentu dengan indikator-indikator mengerjakan kewajiban yang diberikan
oleh lingkungan, mentaati aturan yang berlaku di lingkungannya, menerima sistem
nilai yang ada dilingkungannya, dan menyelesaikan persoalan yang ada di
lingkungannya.
Begitu juga halnya
dengan murid karena murid merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang yang
dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya tentu akan mengalami pengaruh
secara internal (dalam dirinya) dan eksternal lingkungan sekitar baik yang
bersifat positif maupun negatif. Lingkungan tersebut daperoleh
murid di sekolah di dalam keluarga maupun dilingkungan masyarakat di mana ia
berada. Hal ini diungkapkan oleh Moilechaten Resji (1981:83) mengemukakan bahwa
keunikan sifat pribadi seseorang terbentuk karena tiga faktor penting yakni
keturunan (heredity), lingkungan (environment) dan diri (self)
Seseorang memiliki prinsip tartentu yang berkenaan dengan
proses perkembangan kepribadianya. Faktor yang berasal dari diri tiap individu
adalah , kehidupan kejiwaan seorang yang terdiri atas perasaan, usah, pikiran
dan pandangan. penilaian keyakinan, sikap dan anggapan yang semuanya akan
berpengaruh dalam membuat keputusan tentang tindakan sehari-hari. Faktor diri
atau pribadi tersebut teraktualisasi dari pembawaan, ajar dan pengalaman hidup
untuk anak usia sekolah dapat mempengaruhi sifat dan kepribadian seorang.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
internal maupun ekstrnal. hal tersebut harus diperhatikan oleh seluruh
masyarakat social sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah social yang
dihadapinya. faktor-faktor tersebut meliputi aspek biologis, aspek psikologis,
faktor lingkungan alam dan fisik, faktor lingkukgan social,dan faktor kebudayaan. hal tersebu merupaakn
indikator yang dapat mempengaruhi prilaku murid
Dari
konsep diatas maka secara rinci dijelaskan bahwa “prilaku murid adalah tingkah
laku atau perbuatan murid yang bersifat anti sosial maupun sosial yang yang
dilakukan dalam kehidupan kesehariannya, pada hakikatnya manusia
dibekali dengan bakatnya yang telah dilihat sejak lahir dan sukar dihilangkan
dengan pengaruh apapun. Dalam konteks murid, faktor yang banyak mempengaruhi terjadinya perilaku
adalah longgarnya disiplin sekolah yang diterapakan oleh sekolah itu sendiri,
sehingga siswa kurang memiliki kedisiplinan terhadap aturan-aturan yang
berlaku.
Sementara faktor
lingkungan, bakat dan faktror pendidikan juga dipahami bahwa antara faktor diri (bawaan) dan faktor
ajar atau lingkangan sama-sama mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi proses
perkembangan kepribadian anak. Zakiah Darajat
(1996:56) menjelaskan 3
faktor yang menyebabkan tejadinya prilaku anak atau siswa meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor keluaga
meliputi faktor ekonomi, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua. faktor sekolah
meliputi minimnya penanganan, bimbingan dan pendidikan moral yang diberikan
pada saat proses belajar-mengajar. Sementara faktor lingkungan masyarakat
dimaksudkan adalah keadaan masyarakat dilingkungan sekolah maupun tempat
tinggal anak yang mendukung terjadinya pergaulan bebas.
Dengan demikian maka untuk mengatasi prilaku-prilaku murid
tersebut perlu pembinaan agar dapat mengenali dirinya dan apa yang dilakukan. Bimbingan
yang dilakukan di sekolah memiliki peranan yang sangat besar dalam mengarahkan
murid berprilaku yang searah dengan tujuan terutara
lembaga pendidikan. Untuk
meningkatkan efektifitas pelaksanaanya, maka guru perlu melibatkan semua unsur
termaksud siswa, guru-guru yang lain serta orang tua, sebab keterlibatan mereka
dalam mengatasi masalah murid sangat berpengaruh secara psikologis bagi murid itu sendiri.
Dalam
berbagai sumber literatur yang ada telah banyak menunjukan kegagalan dalam
dunia pendidikan untuk mengemban misinya dari sisi lain juga telah kita
saksikan beberapa adegan yang ditunjukan dalam berbagai media tentang bagaimana
pola kehidupan dalam bermasyarakat dan hal ini tidak jauh beda dengan apa yang
disekitar kita. Faktor yang mempengaruhi lahirnya prilaku murid antara lain:
1.
Faktor ekonomi
Permasalah
ekonomi merupakan salah satu penyebab atau faktor yang dapat melahirkan
tindakan atau prilaku murid karena dilihat dari aspek kebutuhan sehingga
manusia dapat berbuat sesuatu yang melanggar norma seperti melakukan pencurian,
perampokan atau segala bentuk tindakan yang dapat merugikan orang lain demi memenuhi
kebutuhan hidup
2.
Sosial Budaya
Tingkat
kebiasaan masyarakat diamana merupakan indikator yang ikut memberikan efek
negatif terhadap pola kehidupan masyarakat terutama anak kalangan usia murid
yang berada dalam suatu lingkaran kehidupan diamana tingkat
kebiasan
masyarakat yang cenderung menyimpang akan ikut meningkatkan priilaku murid yang
menyimpang , misalnya dalam kehidupan masyarakat yang cenderung terbiasa
minum-minuman beralkohol maka akan merasa bahwa tindakan tersebut merupakan
suatu budaya yang perlu dilestarikan pada hal sudah dengan jelas hal tersebut
sangat bertentangan dengan segala bentuk norma
3.
Hukum
Peranan hukuman yang kurang tegas akan berdampak
buruk pula terhadap kondisi dalam masyarakat, misalnya peneraan hukum dalam
masyarakat yang kurang tegas maka masyarakat akan merasa bahwa hukum tidak
memberikan efek jera terhadap si pelanggar sehingga banyak murid yang merasa
adem-adem saja dengan tindakannya yang menyimpang.
B.
Deskripsi
Keislaman Murid
Konsep
keislaman mengandung pengertian yang berkonotasi pada pengakuan, ikatan,
kepercayaan, sistim tingkah laku, pemujaan dan ajaran-ajaran yang diakui dan tertanam
dalam jiwa seseorang. Oleh karena itu keislaman merupakan gambaran sikap yang
tercermin dari kepribadian seseorang dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
secara fisik. Hal ini berarti pula bahwa keislaman merupakan akumulasi dari
sesuatu yang abstrak kepada kenyataan atau sebaliknya. Deksripsi keislaman siswa
dalam konteks yang lebih spesifik mengisyaratkan suatu batasan ruang lingkup
pada seseorang sedang menempuh jalur tertentu. Atau dengan kata lain menyangkut
prilaku keislamanpada tingkatan anak usia sekolah.
Pemahaman
tentang prilaku keislaman sangat penting artinya, terutama bagi dunia
pendidikan. Hal ini disebabkan karena perkembangan prilaku keislaman ini sangat
erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yakni membentuk manusia yang memiliki
kepribadian dan moral yang baik. Sebagaimana menurut Jalaluddin dalam Drajad bahwa
prilaku atau Islam secara umum bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap
perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip prilaku keislaman yang
dipungut dari kajian terhadap perilaku keagamaan. ini berarti pula menelaah
kehidupan beragama pada seseorang dan memmuridi berapa besar pengaruh keyakinan
agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaan hidup pada umumnya.
Lebih
lanjut, Zakiah Daradjat menyatakan, bahwa ruang lingkup psikologis (jiwa)
keagamaan mencakup proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan
pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan.
Pendapat ini mengindikasikan adanya keterkaitan tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam
kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Dalam banyak kasus, pendekatan jiwa keagamaan,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan
perasaan dan kesadaran agama (Islam).(1996:19)
Berdasarkan
berbagai uraian di atas, prilaku keislaman siswa merupakan gambaran sikap atau
perilaku siswa terhadap agama dan kepercayaan yang diyakininya. Pemahaman
mengenai perkembangan prilaku keislaman ini penting artinya dalam meningkatkan
kesadaran agama dan pengembangan sistim pendidikan Islam.
1.
Tahap-Tahap
Perkembangan Prilaku keislaman
Hingga
saat ini belum diperoleh kesepakatan para ahli mengenai tahapan-tahapan
perkembangan jiwa manusia, termasuk jiwa keagamaan. Namun demikian secara umum,
para ahli pada dasarnya sepakat bahwa perkembangan tersebut berjalan seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia secara individual.
Perkembangan
Prilaku keislaman berkaitan erat dengan tahap-tahap perkembangan pribadi yang dilaluinya,
mulai dari nol tahun hingga menjadi usia dewasa. Menurut Zakiah Darajat
(1996) bahwa Anak-anak
mengenal Tuhan melalui bahasa. Dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungan
yang pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah
ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut terhadap Tuhan,
maka mulailah ia merasa sedikit gelisah dan ragu tentang sesuatu yang gaib yang
tidak dapat dilihatnya itu, mungkin dia ikut membaca dan mengulang kata-kata
yang diucapkan oleh orang-orang tuanya.
Bila
prilaku keislaman anak mulai tumbuh dan berkembang saat anak mengenal bahasa berarti usia
anak pada waktu itu mencapai 2 sampai 6 tahun. Hal ini, sesuai dengan pendapat
Commenius bahwa umur hingga 6 sampai 12 tahun adalah periode sekolah ibu atau
sekolah bahasa ibu
(Abu Ahmadi, 1991:38-39). Menyangkut perkembangan potensi keagamaan anak, Zakiah
Daradjat memperkirakan bahwa, Mulai umur 3 sampai 4 tahun anak-anak
mengemukakan pertanyaan yang ada hubungannya dengan agama, misalnya “siapa
Tuhan, dimana surga, bagaimana cara pergi ke sana?.
Munculnya pertanyaan tersebut merupakan ciri terjadinya perkembangan
prilaku keislamananak didik. Hal ini berarti anak didik belum mampu memandang
alam metafisika sebagai mana dirinya sendiri, namun timbulnya sejumlah
pertanyaan itu memadai terjadinya perubahan pada diri anak dari segi jiwa
keagamaannya. Pada usia 4 sampai 5 tahun perkembangan anak mengalami perubahan, dari
pengaju pertanyaan kepada sikap kagum. Zakiah Daradjat menyatakan
Setiap anak-anak terhadap agama mengandung keagamaan dan
penghargaan. Bagi mereka upacara-upacara agama dan dekorasi (keindahan) rumah
ibadah, lebih menarik perhatian. Anak-anak dalam kepercayaannya bersifat
egosentris, artinya semua sembahyang dan doa-doa adalah untuk mencapai
keinginan-keinginan pribadi misalnya dia mau baik karena akan mendapat upah. Ia
menggambarkan Tuhan sebagai seorang yang akan menolongnya dalam mencapai
sesuatu, karena ia sudah bisa ditolong oleh orang dewasa, terutama orang
tuanya.
Kepercayaan
anak-anak terhadap Tuhan masih bersifat sederhana kepercayaan tersebut akan
semakin diyakini setelah anak-anak mengalami banyak pengalaman dalam hidupnya.
Namun pengalaman yang dilalui itu belum mampu menciptakan keyakinan yang teguh
akan eksisten Tuhan. Dalam hal ini
Zakiah Daradjat menyatakan Sebelum mencapai kurang lebih 7 tahun, perasaan si
anak terhadap Tuhan pada dasarnya adalah negatif, yaitu takut, menentang dan
ragu. Dia berusaha untuk menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan
Tuhan sedang gambarnya terhadap Tuhan sesuai dengan emosinya, akan tetapi pada
masa kedua (kurang lebih 7 tahun) ke atas, perasaan si anak terhadap Tuhan
telah berganti dengan yang lebih positif (cinta dan hormat) dan hubungannya
dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.
Perasaan
dan kepercayaan terhadap Tuhan tersebut terus mengalami perubahan dan
perkembangan. Karena sampai 8 tahun hubungan anak-anak dengan Tuhan adalah
individu, hubungan emosional antara ia dengan sesuatu yang tidak terlihat, yang
dibayangkan dengan caranya sendiri.
Pada
tahap selanjutnya perkembangan pemikiran anak terhadap Tuhan mengalami banyak perkembangan
menurut Zakiyah Daradjat bahwa Masa Adolessen (13-21) perasaan agama terdiri
dari dinamika pribadi, sedang masa antara keduanya adalah masa sibuknya anak
dalam hubungan sosial, yaitu masa tunduknya kekuatan-kekuatan spontan terhadap
pengaruh-pengaruh sosial dari luar. Perkembangan
prilaku keislaman pada usia Adolessen sangat variatif, sebab anak-anak dalam
masa trasisi yakni masa murid. Pada fase ini secara psikologis murid mengalami
kegoncangan-kegoncangan, baik karena faktor pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani, juga karena faktor lingkungan sekitarnya. Maka perkembangan
potensi keagamaannya pun mengalami stragnasi tetapi murid berada pada tahap
ketaatan dalam beragama.
Berdasarkan berbagai
uraian mengenai tahapan prilaku keislaman tersebut dapat dikategorikan ke dalam
3 (tiga) tahapan umum perkembangan yakni tahap awal sejak lahir hingga masa
kanak-kana, tahap transisi ketika anak mencapai usia murid dan tahap kematangan
yakni mencapai usia dewasa. Perkembangan prilaku keislaman bersifat fluktuatif
atau berubah-ubah dan memiliki perbedaan yang spesifik pada setiap individu.
2.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Prilaku Keislaman Siswa
Prilaku keislaman merupakan
suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut
oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur
kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsure efektif dan perilaku terhadap
agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara
kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindak keagamaan dalam
diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau
berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Mengenai faktor-faktor yang yang
mempengaruhi perkembangan psikologis maupun prilaku keislamanterdapat 3 (tiga)
aliran yang mengurai faktor-faktor tersebut berdasarkan sudut pandangnya
masing-masing yakni aliran nativisme, aliran empirisme dan aliran konvergensi(Hasan
Langgulung,1989:137).
Aliran nativisme
berpendapat bahwa Anak waktu dilahirkan telah mempunyai pembawaannya
sendiri-sendiri selanjutnya anak itu akan berkembang sesuai dengan pembawaan
yang ada pada dirinya masing-masing. Pendidikan tidak berkuasa apa-apa terhadap
perkembangan anak (1989:139). Pendapat ini mengindikasikan bahwa aliran
nativisme cenderung menganggap faktor internal atau faktor bawaan, merupakan
faktor yang mempengaruhi perkembangan prilaku keislama nanak. Sementara aliran emperisme berpendapat bahwa
dalam perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau
pendidikan dan pengalamannya sejak kecil. Berbeda dengan aliran nativisme,
aliran empirisme menyatakan bahwa faktor ekternal atau faktor lingkungan
terutama pengalaman dan pendidikan yang paling menentukan perkembangan jiwa
keagamaan. Kedua pendapat tersebut
diakumulasi oleh para ahli yang menganut aliran konvergensi Perkembangan
manusia itu ditentukan oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan.
Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi
perkembangan anak (1989). Aliran Konvergensi menyepakati bahwa faktor internal
dan faktor eksternal merupakan dua faktor yang turut mempengaruhi perkembangan prilaku
seseorag. Mengacu dari pernyataan tersebut, maka prilaku keislaman terbentuk
dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Artinya, secara kodrati manusia adalah homo religius (mahluk beragama) yang
sejak lahir telah mengandung potensi keagamaan dalam dirinya. Namun, potensi
tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya.
Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma
agama yang harus dituruti dan dilakonkan.
Dalam kenyataan
sehari-hari bahwa faktor pembawaan dan faktor lingkungan merupakan dua aspek
saling pengaruh mempengaruhi, sehingga apa yang dilakukan pendidikan dalam
perkembangan potensi keagamaan siswa selalu berusaha untuk tidak memperbaiki
aspek bawaan dan berusaha membentuk lingkungan yang mendorong perkembangan jiwa
agama anak didik secara sempurna. Dalam kehidupan manusia sebagai individu,
pengaruh psikologis membentuk keyakinan dalam dirinya dan menampakan pola
tingkah laku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut. Sedangkan dalam
kehidupan sosial, kayakinan dan pola tingkah laku tersebut mendorong manusia
untuk melahirkan norma-norma dan pranata keagamaan sebagai pedoman dan sarana
kehidupan beragama di masyarakat.
3.
Upaya-Upaya
Membentuk Prilaku keislaman Siswa
Pembentukan prilaku
keislaman sangat penting artinya bagi perkembangan anak selanjutnya. Oleh
karena itu, pembentukan prilaku keislaman hendaknya menjadi tanggung-jawab
semua pihak demi keberlangsungan hidup generasi utamanya generasi muda Islam.
Upaya-upaya tersebut idealnya didasari oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan prilaku keislama anak.
Karena sebelumnya telah ada pembawa risalah tetanng pembentuk keislam yang
tertuang dalam QS: 21: yang berbunyi:
Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Sebagaimana telah
dijeklaskan sebelumnya, Selain faktor bawaan, faktor lingkungan yang sangat
berperan dalam menentukan jiwa, sikap maupun perilaku keagamaan anak. Salah
satu faktor lingkungan yang sangat berperan adalah faktor pendidikan. Faktor
pendidikan sangat penting dalam memberikan pengalaman keagamaan pada anak.
Pendidikan tersebut tidak saja diperoleh melalui sekolah, tetapi lebih penting
lagi pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga. Hal ini juga diakui oleh
Zakiyah Daradjat (1970: 35) bahwa pada
umumnya agama seseorang dianut oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan
yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu seorang yang pada waktu kecilnya tidak
pernah mendapat didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan
merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang
diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama misalnya orang tuanya
tahu beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawan juga hidup menjalankan agama,
ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, sekolah dan
masyarakat. Maka anak-anak itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan
kepada aturan-aturan agama, terbiasa ibadah, takut melangkahi larangan-larangan
agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
Pendapat di atas sangat
jelas sekali bahwa faktor pendidikan dan lingkungan dapat berpengaruh baik dan
buruk terhadap perkembangan potensi keagamaan anak didik tergantung corak,
pengalaman dan perlakuan yang diterima anak didik di lingkungannya. Pendidikan
utama dan pertama yang diperoleh anak adalah pendidikan keluarga.
Gilbert Highest dalam Jalaluddin menyatakan bahwa kebiasaan
yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga.
Sejak dari bangun tidur hingga ke saat tidur kembali, anak-anak menerima
pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Fungsi dan peran orang tua
dalam konteks ini bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka.
Sebab sejak dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk
keyakinan agama yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan,
pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.
Latar belakang
pendidikan agama di lingkungan keluarga lebih dominan dalam pembentukan prilaku
keislaman pada anak, barangkali pendidikan agama yang diberikan di kelembagaan
pendidikan dan kondisi masyarakat ikut berpengaruh dalam pembentukan prilaku
keislamananak. Dengan demikian peran dan fungsi masyarakat dalam pembentukan
jiwa prilaku keislaman akan sangat bergantung dari seberapa jauh masyarakat
tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri terutama dalam membangun
kesadaran beragama.
Berdasarkan berbagai
uraian tersebut maka upaya yang paling efektif dalam membentuk prilaku
keislamananak adalah melalui pendidikan keagamaan baik di sekolah, di dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyelenggaraan sistim pendidikan yang
mengarah pada pembentukan prilaku keislamantersebut perlu melibatkan peran
serta seluruh komponen baik pendidik, kelembagaan pendidikan maupun organisasi
sosial lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni menggambarkan sekaligus
mengkaji kondisi riil obyek penelitian berdasarkan data-data otentik yang
dikumpulkan. sebagaimana Husaini Usman (1995:81) menegaskan
pula bahwa Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu
peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut
prespektif peneliti sendiri. Pendapat itu didukung oleh Moleong (2000:3) bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku serta keadaan yang dapat diamati.
Berdasarkan prespektif diatas maka penelitian
ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data atau informasi obyektif di
lapangan penelitian (Field research)
menyangkut prilaku
keislaman pelajar di SDN 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana
untuk
kemudian dianalisis secara deskriptif.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana. Pemilihan lokasi ini didasari pertimbangan bahwa sekolah ini cukup representatif dan memiliki relevansi spesifik bagi
kepentingan penelitian.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Kemudian
dilanjutkan dengan tahapan pengolahan
data dan perampungan skripsi sampai dengan bulan Juni 2012.
C.
Sumber data dan Tehnik Penentuan Informan
a.
Sumber Data
Sumber data mencakup keseluruhan aspek pada
populasi yang ada dan berhubungan dengan obyek penelitian. Sebagaimana
diungkapkan oleh Moleong (2000) bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berdasarkan
pemikiran itu maka jenis data penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1.
Data primer atau data
utama diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan penelitian. Informan
dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan infoman tambahan.
2.
Data skunder atau data
pendukung diperoleh dari hasil observasi lapangan, bahan dokumen sekolah dan
bahan-bahan atau referensi kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian
b.
Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, bila populasi dan
sampelnya sangat sulit untuk ditentukan, alternatif penggantinya adalah
penggunaan istilah Informan penelitian atau sumber data dari seseorang atau
beberapa orang yang dianggap representatif bagi kepentingan data penelitian.
Sebagaimana menurut Sanafiah Faisal (2001:25) bahwa: …..bila sampel belum dapat ditentukan
secara utuh karena satu dan lain hal maka teknik penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Snowball sampling, atau dengan kata lain
peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian dari informan kunci
tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan lainnya sesuai dengan
kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang realistis.
Mengacu pada pemikiran
tersebut, dalam penelitian ini tahapan awal yang dilakukan adalah menentukan
informan kunci penelitian yakni Pimpinan sekolah. Dari
informan kunci diperoleh informasi informan-informan pendukung dari seluruh
komponen yang berperan dalam dewan guru. Data
mengenai informan ini akan diakumulasi dalam daftar Informan beserta hasil
wawancara.
D.
Metode Pengumpulan Data
Tekhnik yang
dugunakan dalam upaya pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Teknik Pengamatan langsung (Observasi), yakni peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa
obyek penelitian terutama menyangkut prilaku keislaman siswa serta
perkembangan pengetahuannya
tentang keislaman siswa. Pengamatan juga
dilakukan pada obyek pendukung antara lain keadaan sarana prasarana sekolah,
keadaan dan siswa, pelaksanaan kurikulum serta keadaan umum sekolah.
2.
Teknik wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab
dan diskusi langsung pada beberapa informan mengenai obyek penelitian. Acuan
mengenai pokok-pokok wawancara disusun, disesuaikan dan dikembangkan oleh
peneliti sesuai kebutuhan.
E.
Tekhnik Analisis Data
Pengolahan data merupakan proses akhir dari
penelitian yang dilakukan. Prosedur pengolahan data idealnya tidak kaku dan
senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian. Beberapa ahli
mengemukakan proses pengolahan data kualitatif dengan cara yang berbeda.
Sebagai bahan acuan, peneliti menerapkan proses pengolahan data menurut Sanafiah Faisal (2001) yaitu
setelah seluruh data terkumpul maka proses pengolahannya dapat dilakukan secara
kualitatif melalui pengecekan Reduksi data, display data dan verifikasi data.
Lebih lengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Reduksi Data yaitu
semua data di lapangan akan dianalisis sekaligus dirangkumkan dipilih hal-hal
yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting
2.
Display Data yakni
teknik yang dilakukan oleh peneliti agar data yang diperoleh banyaknya jumlah
dapat dikuasai dengan dipilih secara fisik membuat display merupakan dari
analisis pengambilan kesimpulan
3.
Vertifikasi Data yakni
teknis analisis data yang dilakukan dalam rangka mencari makna data yang
dianggap masih kurang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Prilaku Keislaman Murid dalam Belajar di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan
Kabupaten Bombana
Prilaku
Keagamaan yang dilakukan murid di Sekolah Dasar yang berkaitan dengan, merupakan suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan
kehidupan masyarakat artinya bahwa segala bentuk kegiatan setiap murid dimana memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Kegiatan tersebut tidak menutup kemungkinan adalah kegiatan yang berhubungan
dengan pribadi
peserta melainkan kegiatan
yang dimaksud adalah kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh setiap murid
di lingkungan sekolah. Untuk lebih jelasnya aktifitas yang
dimaksud meliputi kegiatan di luar sekolah dan di dalam sekolah. Kegiatan yang
diluar sekolah sebagaimana yang dijelaskan oleh guru bahwa :
Dalam
sekolah maka prilaku murid kadang kala muncul baik yang disengaja ataupun
prilaku yang tidak disengaja dilakukan oleh murid itu tersendiri, namun kali
kita kaji lebih dalam maka sebagai guru kita dapat memilihat bagaimana prilaku
murid yang Islamik ketika dalam sekolah, (M. Astar, Guru, Wawancara 12 April 2012)
Penjelasan
informan di atas maka dapat diuraikan bahwa prilaku murid yang bercir Islam
yaitu suatu sikpa murid ketika berada dilingkungan sekolah dimana dari segal
tindakannya senantiasa bernuansa hidup yang Islami, selanjutnya secara spesifik
mengenai prilaku keIslaman murid dijelaskan pula bahwa:
Sebagai
seorang guru dalam sekolah maka buka hal yang tabu lagi mengenai murid karena
kami disini senantiasa berhadapan langsung dengan murid sehingga prilaku mereka
kami sangat mengetahui, misalnya antara beberap prilaku tersebut maka yang
sennatiasa muncul adalah masalah kejujuran murid, sedekah, itu merupakan
prilaku yang sering kita lihat dimana dialami atau dilakukan oleh murid
khusunya di SDN 1 Pongkalaero. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara 25 April 2012.)
Dari
penjelasan informan di atas maka penulis mengeraikan bahwa dalam suasana
bealjar yang terjadi di sekolah maka terdapat prilaku murid yang senatiasa
muncul pada murid dimana diantara adalah prilaku murid yang senantiasa jujur,
dan juga rasa saling member atau sedekah . selanjutnya dalam konspsi yang
searah maka dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa:
Prilaku
keIslaman murid yang senantiasa diterapkan disekolah yatu kami memnerapkan
beberapa jenis kegiatan yang bernuansa Islam dimana diantaranya yaitu melakukan
baca Al-Qur’an pada setiap hari jum’at, perayaan hari-hari besar Islam serta
pesantern kilat. (Ernawati, Guru, Wawancara:
Maret 2012)
Menurut
penjelasan inforaman di atas dimana mengenai prilaku keIslaman murid di SDN 1
pongkalaero maka dapat sebutkan bahwa pihak sekolah senantiasa menerapakan
berbagai aturan dimana dapat mengikat murid untuk ditaati yang antrara lain
dengan menyelenggarakan berbagai jenis kegiatan yang bernuansa Islam seperti kewajiban bagi murid
untuk melakakukan pengeajian pada setiap pagi dihari jum’at, dengan kegiatan
tesebut maka akan memberikan dampak yang potisitf terhadap murid baik dalam
ealjar ataupun sebagai kegiatan ekstra kurikuler dengan meberikan program baca
Al-Qur’an pada murid. Disamping itu juga untuk melestariakn segal bentuk sikap
ada pada diri seorang murid maka pihak sekolah senantiasa menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang bernuansa isla seperti pelaksanaan mauled dan juga
dengan menyelenggarakan kegiatan shalt zuhur bagi kelas 4 hingga 6 karena kelas
tersebut memiliki jam pulang yang relativ lama dibanding dengan kelas-kelas
yang lain. Berdasarkan dair uraian serta hasil wawancara terhadap beberpa
informan di lokasi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa prilaku keIslaman
yang dimiliki murid SDN 1 pongkalaero dapat berupa kegiatan seperti kegiatan
membaca Al-Qur’an, sedekah, bersikap jujur, perayaan hari-hari besar Islam serta
melaksanakan shalat zuhur, pesantren kilat. Untuk lebih jelasnya mengenai
uraian dari beberai indicator prilaku keIslaman murid maka penulis menguraikan
sebagai berikut:
1.
Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an
pada hakikatnya merupakan tindakan atau prilaku yang terpuji baukan saja dimata
manusia melainkan juga disisi sang Khalik itu tersendiri karena dengan membaca Al-Qur’an
maka tersirat dengan memuja sekaligus meuji sang pencipta, bertolak dari itu
dalam proses penelitian yang dilakukan penulis dengan menggunakan wawan cara
terhadap beberapa guru di SDN 1 Pongkalaero mengenai prilaku murid dalam
membaca Al-Qur’an dijelaksan bahwa:
Membaca Al-Qur’an
merupakan kegiatan yang senantiasa terlihat pada murid di sekolah ini dimana
kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk implementasi nilai-nilai Islam kepada murid
sejak dini karena apabila kegiatan tersebut kurang di terapkan ketika anak masih kecil maka kelak ia dewasa maka orang
tua ataupun guru akan mengalami hambatan
dalam penanaman sendi-sendi keIslaman tersebut sehingga berimbas pada
pengkaburan ataupun pembodohan terhadap generasi mendatang. (Sirajuddin, Guru, Wawancara: 12 Maret 2012.)
Kegiatan membaca
Al-Qur’an merupaka salah satu jenis rutinitas dari SDN 1 Pongkalaero dimana
kegiatan tersbeut dilakukan pada setiap hari Jum’at sebelum murid masuk kelas.
Searah dengan itu juga yang diutarakan oleh informan di atas bahwa kegiatan
membaca Al-Qur’an sengaja diterapkan kepada murid agar mendidik peserta didik
secara dini dalam hal penerapan sendi-sendi atau penerapan nilai-nilai keIslaman
kepada murid karena kelak murid dewasa maka selain akan membawa efek yang
negative terhadap pengetahuan agama Islam murid maka juga dapat mengurangi
nilai pelestarian budaya Islam kepada generasi penerus. Selanjunya dari
pernyataan guru kelas mengenai hal yang serupa dijelaskan bahwa:
Disamping dari
rutinitas sekolah ini mengenai membaca Al-Qur’an maka juga dalam sebuah
kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam ditekankan pada
pembentukan prilaku murid yang diawali dengan kebiasan peserta didik dalam
membaca Al-Qur’an. (M. Astar, Guru, Wawancara:
23 Maret 2012)
Penjelasan
informan di atas maka disimpulkan bahwa disamping dari ritinitas lembaga
pendidikan dalam membaca Al-Qur’an maka juga ditekankan mengenai prntingnya
membaca Al-Qur’an dalam sub mata pelajaran pendidikan agama Islam sehingga
dengan itu menjadi pedoman yang paten dalam pembentukan prilaku murid yang
lebih Islam.
2.
Bersikap Jujur
Prilaku jujur
pada hakikatnya adalah berkata sesuai dengan apa adanya tanpa melebih-lebihkan
atau dengan kata lain jujur di artikan sebagai tindakan suatu individu yang
tidak bertentangan dengan norma ataupun pranata sosial yang berlaku. Senada
dengan itu dijelaskan oleh informan sebagai berikut:
Kami sering di nasehati
oleh guru bahwa kalu dalam kehidupan sehari-hari itu harus bersikap jujur
kepada siapapu karena dengan itu maka kita akan disuka sama orang lain (Muh.
Afadal, Murid, Wawancara: 23 April 2012)
Selanjutnya
dalan pernyataan yang senada dijelaskan oleh murid lain bahwa Kalu kita
terbiasa jujur maka kita akan selalu disayang sama orang lain, ini juga kami
sering diberitahu sama guru di sekolah (Wulan, Murid, Wawancara: 23 April 2012)
Dari penjelasan
di atas mengenai prilaku murid dalam tingkat kejujuran dapat disimpulkan bahwa
diantara beberapa murid dalam hal kejujuran mereka senantiasa bersikap jujur
dalam kehidupan sehari-harinya dan hal tersebut selain dari alasan menngenai
pentingnya kejujuran maka pehak lembaga pendidikan dalam hal ini guru
senantiasa menasehati sekaligus membimbing murid untuk berprilaku jujur.
Disamping dari berbagai informasi tentang prilaku jujur murid maka dijelaskan
bahwa:
Disamping dari bimbingan guru dalam hal
memberikan bekal kepada murid tentang prilaku yang bercorak pada sendi-sendi keIslaman
maka prilaku murid yang lain juga muncul seperti murid cukup antusias dalam
kegiatan-kegian hari-hari besar Islam seperti maulid dan pesantren kilat. (M.
Astar , Guru, Wawancara, 16 April
2012)
Kegiatan
Peringatan Hari Besar Islam di SD Negeri 1 Pongkalaero dilaksanakan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta mengamalkan ajaran
/ tuntutan Rasulullah SAW. Meskipun dalam acara peringatan hari besar agama Islam
tersebut materi tidak terbatas pada masalah ibadah shalat saja, dapat membantu
terbentuknya kepribadaian murid yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Metode
yang digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Faktor pendukungnya
adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai.
B. Faktor yang Mempengaruhi
Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1
Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana
Suatu
sikap seorang anak didik meruapakan masalha yang ada di dalam diri anak
tersebut artinya bahwa apabila seorang anak memiliki prilaku yang baik maka
prilaku yang dilahirkan tersebut merupakan ceriman terhadap apa yang di dalam
hatinya. Jadi dengan prilaku seorang anak yang baik atau positif maka hal
tersebut merupakan suatu imajinasi yang lahir darinya sendri. Namun jika kita
lihat dari kondisi kehidupan masa kini bukan hal yang tabu lagi mengenai anak
yang dimana jika dilihat kasat mata dapat dikategorikan sebagai anak yang
baik akan tetapi mempunyai prilaku yang
kurang baik hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa akibat yang mana factor
tersebut di akibatkan dari lingkungan dimana anak tersebut berada, karena pada
porsinya perkembangan anak sangat dipengarugi oleh lingkungannya. Dengan
perimbangan kajian tersebut maka dalam proses penelitian penulis menngenai
faktror yang mempengaruhi prilaku keIslam murid khusunya di SDN 1 Pongkalaero
dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yang akan di uraikan sebagai berikut:
1.
Lingkugan
Keluarga
Peran
serta keluarga dalam pembentukan prilaku anak jika dibandingkan dengan
lingkungan lainnya seperti sekolah ataupun lingkungan masyarakat maka
lingkungan keluargalah yang menempatkan posisi yang tertinggi karena lingungan
keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana anak didik memperoleh
pendidikan. Keluarga adalh wadah dimana orang tua disamping memberikan
pendidikan diberikan pula curahan kasih saying sehingga prilaku seorang anak
sangat rentan dengan kondisi keluarganya. Mengenai factor tersebut dijelaskan
oleh informan bahwa:
Keluarga
merupakan tempat pertama seorang anak didik artinya bahwa prilaku yang
diperoleh seorang anak meruapakan karakter dalam keluarganya seperti anak yang
manja, malas, pintar dan lain-lain maka semua tiu adalh factor keluarga yang
mempengaruhinya. (Safaruddin, Guru: Wawancara
26 April 2012)
Pernyataan
informan di atas dapat diuraikan bahwa prilaku seorang anak sangat dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga karena dengan lingkungan tersebut maka seorang
mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama sehingga sangant rentan jika di
kaitkan dengan prilaku seorang anak, misalnya seorang yang baik dapat
disimpulakan bahwa dia berasal dari kelaurga baik pula begitu pula sebaliknya
jiak seorang anak yang berprilaku buruk maka boleh jadi dia berasal dari
keluarga yang tidak memberikan teladan yang baik kepada anaknya. Selanjutnya
menurut informan berikut bahwa:
Lingkungan
keluarga sangat mepengaruhi prilaku anak apa lagi menyangkut prilaku keIslaman
karena tidak mungkin seorang anak berprilaku Islam sedangkan orang tua atau
keluarganya non muslim, jadi disni, saya katakana bahwa seorang anak yang
berprilaku Islam merupan suatu upaya yang di tanamkan orang tua kepada anaknya
agar anak didik tersebut berprilaku Islam pula. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara, 26 April 2012.)
Berdasarkan
dari beberapa penjelasan informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa factor
yang mempengeruhi prilaku keIslam murid atau anak salah satunya adalah lingan
keluarga karena keluarga merupakan tumpuan utama bagi seorang anak terkhusus
lagi mengenai prilaku keislaman seorang anak, atau dengan konteks lain bahwa
peran serta kelaurga merupakan pilar utama dalam membangun prilaku atau watak
seorang anak didik dalam pertumbuhannya. Pada hakikatnya anak adalah tanggung
jawab orang tua baik dari segi pendidikannya ataupun dari segi tanggung jawab
lain seperi memberikan nafkah kepada anak. Oleh karena mengingat betapa
banyaknya tanggung jawab orang tua terhadap anak maka salah satunya adalah
tanggung jawab dalam hal memberikan pendidikan dalam artian pendidikan dalam
keluarga karena pendidikan keluarga adalah tempat diamana anak pertama
diperkenalkan menyangkut prilaku Islami oleh karena itu orang tua dalam
memberikan pendidikan kepada anak tidak hanya sebatas menafkahi ataupun
menfasilitasi dalam belajar akan tetapi banyak hal yang harus dilakukan orang
tua dalam mendidik anak begitu juga halnya mengenai persoalan pembentukan
prilaku orang tua harus memberikan yang tebaik kepada
anak agar anak berkembang searah dengan amanah orang tua. Oleh karena iu dalam
upaya untuk menciptakan prilaku Islam pada anak harus berperanan sebagai
berikut:
a. Sebagai
pembimbing
Pada hakikatnya Peranan oran tua dalam hal pendidikan
anak tidak terlepas dari pemberian bimbingan dan motivasi karena itu bimbingan
dan motivasi dalam upaya untuk meningkatkan prilaku pada anak di SD 1 Pongkalaero maka dinyatakan
oleh orang tua anak bahwa:
Dalam
pendidikan anak terutama masalah prilaku maka saya selalu memberikan bimbingan langsung
kepada anak, karena saya melihat sekarang banyak anak sudah kurang baik
sikapnya oleh saya harus berupaya dalam membimbing anak agar tetap mempunyai prilaku
yang senantiasa berniali Islam.(Arman, Orang tua Murid, Wawancara: 12 April 2012)
Dari
keterangan informan di atas maka dapat dijelaskan bahwa Peranan bimbingan dalam
mengarahkan anak agar berprilaku yang bernilai Islam adalah satu upaya yang
harus dilakukan oleh orang tua karena orang adalah yang paling bertanggung jawab dalam hal
pendidikan anak, begitu pula dengan hubungannya dengan pembentukan prilaku maka
orang tua harus selalu memberikan bimbingan kepada anak agar mampu mengamalkan
prilaku Islam sejak dini. Selanjutnya mengenai pemberi bimbingan kepada anak
diunggapkan informan bahwa;
Salaku
orang tua maka saya tidak lepas dari pemberian bimbingan kepada anak apalagi
mengenai prilaku anak karena tugas orang tua tidak sebatas manasehati melainkan
juga mengarahkan anak untuk belajar tantang agama Islam dalam hal ini
memberikan bimbingan (Firman, orang tua murid, Wawancara: 12 April 2012)
Dari
penjelasan informan diatas maka dapat dismpulkan bahwa Peranan orang tua dalam
keluarga adalah bukanhanya sebatas sebagai pemberi nasehat kepada anak akan
tetapi juga Peranan orang tua adalah
juga dibarengi denga pemberian bimbingan kepada anak dalam hal penerapan
prilaku Islam agar labih terarah.
b.
Sebagai Motivator
Pada
dasar motivasi adalah suatu reaksi yang lahir dari pribadi seorang dimana yang
menyebebkan adanya reaksi adalah lingkungan dan faktor dari dalam diri individu
tersebut, dengan motivasi juga maka anak akan mudah dan berminat untuk
mengetahui tentang prilaku Islam, hal serupa diungkapkan oleh informan dibawah
ini bahwa:
Salah
satu yang menyebabkan anak tidak berminat dalam mengamalkan nilai-nilia Islam
adalah kurangnya motivasi baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungan
sekitarnya dalam hal ini keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sehingga anak tidak mau atau tidak memahami
tentang prilaku Islam jadi orang tua harus betul-betul serius dalam mendidik
anak agar anak termotivasi untuk mengamalkan prilaku Islam (Halim, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Selanjutnya
dari pernyataan informan lain juga mengatakan bahwa:
Meskipun
pendidikan saya boleh dikatakan masih kurang, namun hal seperti ini saya tidak
mau dialami juga kepada anak-anak saya, oleh karena itu saya selalu berupaya
memberikan motivasi kepada anak agar senantiasa berprilau yang baik. (Ernawati,
Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Selanjutnya menurut informan lain juga mengunggapakan bahwa:
Dalam
usaha membentuk prilaku Islam pada anak saya maka saya selalu memotivasi agar
dia selalu berusaha untuk bersikap, adapun bentuk motivasi yang saya lakukan
kepada anak bukan hanya sebatas mengajarnya, akan tetapi saya selalu memberikan
membimbing dan memberikan teladan. (Hapsa, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Dari
pernyataan informan diatas juga dapat uraikan bahwa dalam upaya orang tua untuk
menanamkan pengetahuan mengenai prilaku keIslaman kepada anak maka harus berperanan
sebagai orang yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi agar senantiasa
berprilaku yang baik. Dari beberapa Peranan orang tua yang telah dipaparkan
sebelumnya adalah tugas dan tangung
jawab orang tua dalam membentuk prilaku keIslaman anak merupakan hal yang urgen karena orang tua
paling mengetahui bagaimana karakter anak sehingga dalam memberikan bimbingan
atau motivasi kepada anak dia sudah cukup tahu dan disamping itu juga dalam
Peranan orang tua harus dapat menampilkan yang terbaik kepada anak sehingga
anak dapat menjadikan orang tua sebagai suri teladan dalam hidupnya sehingga
apa yang menjadi amanat orang tua dapat dikerjakan oleh anak dan selain itu
juga dalam proses pendidikan anak seperti penanaman prilaku keIslaman anak maka
orang tua harus selalu mengawasi prilaku anak agar sesuai dengan harapan
orang dalam mendidik dan membesarkan
anak.
c. Sebagai Pengawas Bagi Anak
Peranan orang tua dalam penanaman prilaku keIslaman anak
tidak telepas hanya sebatas menjadi teladan bagi anak atau hanya menampilkan
tingkal laku yang diharapkan orang tua kepada anak malainkan juga orang tua
harus dapat memberikan pengawasan kepada anak karena anak bukan hanya tinggal
bersama orang tua dirumah malainkan juga berinteraksi dengan ligkungan yang
lain seperti sekolah dan lingkungan masyarakat, jadi sangat rentan mencerna
prilaku yan tidak diharapkan orang tua atau prilaku yang menyimpang, oleh
karena itu orang tua dalam hal mendidik anak
harus juga berperanan sebagai pengawas terhadap prilaku anak agar
terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan. Sedangkan secara spesifik dalam
upaya menanamkan prilaku keIslaman pada anak maka seharusnya juga orang tua
selalu mengontrol sampai dimana tingkat tingkat pergaulan pada anak sehingga
anak merasa terbimbing. Menurut salah seorang informan menyatakan bahwa:
Sebagai
orang tua, meskipun saya bekerja jauh dari rumah mungkin orang akan mengatakan saya tidak
memberikan pengawasan atau kontrol kepada anak saya yang sedang belajar maka
juga saya seirng mengawati agat tidak melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan ketentuan Islam. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara: 23 April 2012)
Dari
pernyataan diatas maka dapat diartikan bahwa dalam upaya untuk menanamkan
prialku keIslaman pada anak dilakukan
dengan seringnya orang tua memberikan pengawasan atau kontrol belajar anak,
karena pada dasarnya pengawasan yang diberikan orang tua kepada anak merupakan
upaya orang tua dalam menjalankan Peranannya sehingga anak termotivasi untuk
belajar lebih giat lagi. Pernyataan lain mengenai Peranan orang tua dalam
memberikan pengawasan kepada anak diunggapakan oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
Orang
tua adalah sebagai pengawas terhadap anak dalam keluarga maka tugas saya bukan
hanya sebatas memberikan nafkah kepada keluarga melainkan juga saya harus dapat
mengontrol prilaku anak agar tidak melakukan tindakan yang keluar dari
norma-norma yang berlaku dan patuh terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua.
(Safarudiin, Guru, Wawancara: 12
April 2012)
Peranan
orang tua dalam mengawas atau sebagai sosial kontrol terhadap prilaku anak
adalah salah satu upaya yang terencana dari orang tua untuk mengarahkan,
mengikat ataupun memaksa anak untuk tunduk dengan apa yang diketakan oleh orang
tua, sedangkan dalam kaitanya dengan prilaku maka ketika orang tua selalu
memberikan pengawasan kepada anak maka anak cenderung untuk mematuhi apa yang
telah diarahkan oleh orang tua atau guru.
d. Sebagai Teladan Bagi Anak
Dalam suatu keluarga orang tua adalah orang yang dapat
memberikan yang terbaik kepada anak karena itu orang tua harus dapat menjadi
pedoman bagi anak, dan bilamana orang tua tidak dapat menjadi teladan atau
contoh bagi anak bisa saja anak tidak akan termotivasi untuk melakukan apa yang
menjadi arahan orang tua kepada anak, begitu pula halnya dalam prilaku keIslaman
pada anak apabila orang tidak pernah berprilaku maka begitu pula halnnya dengan
anak karena pada umumnya anak cenderung selalu meniru kepada siapa saja yang
manjadi idolanya dalam hal ini adalah orang tua. Searah dengan uraian diatas
maka dinyatakan oleh informan bahwa:
Orang
tua adalah tokoh yang selalu menjadi panutan bagi anak dan sebagian besar apa
yang dilakukan orang tua dapat ditiru oleh anak karena itu orang tua harus
dapat menjadi teladan yang baik bagi anak, sehingga apa yang dilakukan anak
tidak mendapat tanggapan negativ dalam lingkungan masyarakat. (Guflin, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Dari
penyataan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua harus
menjadi suri teladan yang baik, karena sesungguhnya segala tindakan orang tua
akan ditiru oleh anak tampa memperhatikan apakah tindakan tesebut salah atau
benar. Sedangkan apabila dikaitkan dengan prilaku maka orang tua idealnya harus dapat membimbing langsung
anak karena katika anak diajar langsung dari orang tua maka anak akan cepat dan
berminat. Disamping anak merasa dekat dengan orang tua maka juga karena orang
tua lebih mengenal karakter anak dibanding dengan orang lain. Dari uraian
tersebut juga diunggapkan oleh informan bahwa :
Sebagai
orang tua maka saya selalu menampilkan yang tebaik bagi anak karena harapan
saya kepada anak adalah ingin agar anak dapat beprilaku yang baik pula, jadi
saya selalu memberikan dia bimbingan dan motivasi. (Sinar, Orang tua murid, Wawancara: 12 April 2012)
Dari
keterangan diatas dapat dikatakan bahwa Peranan orang tua dalam meningkatkan prilaku
keIslaman anak disamping selalu
memberikan motivasi juga dapat dilakukan orang tua dengan sering mengajak anak
untuk bersama-sama karena ketika orang tua mengajak anak untuk itu maka anak
akan selalu mengikuti apa yang rutin dilakukan orang tua.
2.
Faktor
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarat pada dasarny merupakan suatu lingkungan yang meberikan efek terhadap
perubahan struktur social ataupun pranata dalam setiap peradaban umat manusia,
dengan kata lain bahwa lingkungan masyarakat pada dasarnya merupakan temapat
dimana suatu individu memperoleh pendidikan dan juga sebaliknya bahwa
lingkungan masyarakat memberikan dampak yang negative terhadap intaksi suatu
individu, hal ini tidak terkecuali pada pola prilaku indivudu karan individu
tersebut merupakan salah satu dari bagian lingan masyarakat tersebdiri sehingga
sangat rentan berdampat terhadap individu yang bersangkutan. Searah dengan itu
dalam penulisan ini maka yang menjadi titik focus adalah masalah prilaku murid
atau anak didik dimana ketika berada dilingkungan lembaga pendidikan maka akan
menjadi murid atau peserta didik sedangakn dari berlaik itu maka posisi peserta
didik anak menjadi anak ketika berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dalam kontek penerapan prilaku keIslam murid atau anak maka lingkungan
masyarakat mempengaruhi hal tersebut dimana yang ungkapkan informan bahwa:
Lingkungan
masyarakat memberikan pengaruh terhadap prilaku keIslaman seorang anak atau
peserta didik, karena kalu kita lihat dari segi waktu maka anak didik memiliki
banyak waktu untuk berinteraksi diluar lingkungan masyarakat sehingga cenderung
memberikan dampak terhadap prilakunya. (M. Satar, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Penjelasan
informan di atas dapat diuraikan bahwa lingkungan masyarakat memberian pengaruh
yang signifikan terhadap perkembangan prilaku seorang anak karena dengan itu
maka seirang anak banyak memiliki waktu dibanding dengan lingkungan yang
lainnya seperti keluarga dan sekolah, searah dengan pernyataan di atas
dijelaskan pula bahwa :
Lingkungan
masyarakat merupakan suatu lingkungan pendidikan dimana seorang anak dapat
mencerna apa yang dilihatnya di masyarakat artinya bahwa bersar kemungkinan
prilaku seorang anak diperngaruhi karena lingkungannya. (Arfan, Kepala Sekolah,
Wawancara: 14 April 2012.)
Uraian
penjelasan informan di atas adalah pola prilaku seornag anak didik ketika
berada di lingkungan masyarakt akan bersar pengaruhnya terhadap seorang anak
didik karena disana pola atau prilaku sangat kompleks dan apabila peran serta
lambaga pendidikan ada kelaurga kurang berfungsi maka akan menjerumuskan anak
ataupun perserta didik ke jaln yang tidak benar dalam artian seorang anak
mengikuti atau mencerna prilaku yang tidak bernaung pada sendi-sendi kehidupan
yang Islam sehinga sangat ditekan fungsi social control dari orang tua dan
lembaga pendidikan untuk membendung sebelum terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi pada peserta didik atau anak.
Dari
beberapa penjelasan informan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
masyarakat memberikan dampak yang potitif terhadap prilaku keIslaman anak didik
karena ketika anak didik berinteraksi kepada lingkungan masyarakat maka
kecenderungan untuk mengikuti pola hidup atau prilaku yang ada di masyarakat
akan tercerna kapada anak didik, sebaliknya juga nilai-nilai prilaku yang di
cerna anak didik tersebut mengarah pada pertentangan norma sosial yang berlaku
maka akan mengarah pada tindakan negative atau prilaku menyimpang yang tidak
terkecuali pada prilaku keIslaman.
3. Lingkungan
sekolah/ Lembaga Pendidikan
Lembaga
pendidikan merupakan tempat dimana seorang anak memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau pun tingkah laku. Dalam kontek tingkah laku yang seharusnya
di tekankan pada lembaga pendidikan sekarang tidak mencerminkan dinamika
lembaga pendidikan tersebut sebagaimana tuntutan lembaga pendidikan yang
memperjuangkan tiga ranah yang seyogyanya di peroleh perserta didik dalam
lembaga pendidikan. Kondisi yang terlihat sekarang yaitu pengetahuan menjadi
focus utama dalam penerapan pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam konversi
ini yang dikitkan dengan prilaku keIslaman murid di ungkapkan bahwa:
Seharusnya
lembaga pendidikan disamping mengutakan pengetahuan kepada murid maka hal yang
mendasar juga yang sangat urgen untuk di terapkan adalah keterampilan dan prilaku
murid karena ini akan menjadi bekal yang berharga bagi murid kelak
menyelesaikan studinya. (Wanda, Orang tua murid, Wawancara: 16 April 2012)
Dari
penjelasan di atas diuraikan bahwa penerapan prilaku keIslaman pada murid yang
diperoleh di lembaga pendidikan seharusnya menjadi focus utama dalam proses
pembelajan bukan saja dari segi pengetahuan murid terhadap pelajaran melainkan
penekan pada penerapan prilaku murid agar memiliki keterampilan dan prilaku
sebagai bekal utama ketika telah menyelesaikan pendidikannya dalam suatu
lembaga pendidikan. Lanjut dari hal itu dijelaskan pula bahwa :
Lembaga
pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan prilaku keIslaman pada
peserta didik karena dengan itu maka murid akan memperoleh wawasan tentang
bagaimana prilaku yang baik sehingga tidak salah arah, karena itu bagi guru
harus mengutamakan dalam pembentukan karakter untuk mengenali diri pribadi murid
sehingga terhindar dari prilaku yang menyimpang.( Sirajuddin, Guru, Wawancara: 18 April 2012)
Dari
beberapa penjelasan yang diungkapkan beberapa informan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa lemabaga pendidikan merupakan salah satu dari organ pranata
social yang dapat membentuk prilaku keIslam murid, dengan kata lain bahwa
hadirnya lembaga pendidikan akan memberikan dampak positif terhadap pembentukan
prilaku keIslaman karan disamping sebagai penunjang pengetahuan murid terhadap
pola hidup maka juga telah menerapkan nilai-nilai prilaku keIslaman melalui
kurikulum pendidikan seperti pada pendidikan agama Islam yang pada fokusnya
adalah menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada murid sebagai literatur
hidup baik dalam keluarga, lembaga pendididikan
dan masyarakat. Dan ini jika dilihat dari penerapan prilaku keislaman tersebut
maka menjadi factor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku keislaman murid
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis
paparkan pada bab-bab sebelumnya tentang prilaku keislaman siswa di SD Negeri 1
Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa prilaku keislaman siswa SD
Negeri 1 Pongkalaero dapat berbentuk tindakan yang searah dengan penekanan
nilai-nilai keislaman seperti, Membaca Al-Qur’an, Sedekah,
Bersikap Jujur dan perayaan hari-hari besar agama islam. Prilaku tersebut
senantiasa diarahkan oleh guru guna penerapan prilaku positif sjak dini bagi
siswa, dengan prilaku keislaman murid tersebut
maka faktor yang mempengaruhi prilaku tersebut yaitu kondisi lingkungan dimana
siswa tersebut berada, artinya bahwa prilaku seorang anak didik dapat berubah
karena lingkunganya apakah hal tersebut bersifat positif atau negative. Adapun
yang menentukan yaitu lingkungan kelauarga, sekolah dan masyarakat
B.
Saran-Saran
a.
Disarankan
kepada setiap guru khususnya di SD
Negeri 1 Pongkalaero agar senantiasa memberikan binaan serta bimbingan kepada
siswa untuk senantiasa berprilaku yang searah dengan konteks dalam kehidupan
Islam
b.
Bagi
lembaga pendidikan lainnya, bahwa SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena
Selatan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan rujukan dalam upaya mewujudkan
penciptaan suasana religius di sekolah.
c.
Disarankan
kepada orang tua untuk senantisa melakukan pengontrolan terhadap prilaku
seorang anak agar terhindar dari tindakan yang bertentang dengan norma sosial
untuk pencitraan kelaurga dan pribadi siswa yang bersangkutan
Penelitian lapangan dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Kemudian
dilanjutkan dengan tahapan pengolahan
data dan perampungan skripsi sampai dengan bulan Juni 2012.
C.
Sumber data dan Tehnik Penentuan Informan
a.
Sumber Data
Sumber data mencakup keseluruhan aspek pada
populasi yang ada dan berhubungan dengan obyek penelitian. Sebagaimana
diungkapkan oleh Moleong (2000) bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berdasarkan
pemikiran itu maka jenis data penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1.
Data primer atau data
utama diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan penelitian. Informan
dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan infoman tambahan.
2.
Data skunder atau data
pendukung diperoleh dari hasil observasi lapangan, bahan dokumen sekolah dan
bahan-bahan atau referensi kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian
b.
Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, bila populasi dan
sampelnya sangat sulit untuk ditentukan, alternatif penggantinya adalah
penggunaan istilah Informan penelitian atau sumber data dari seseorang atau
beberapa orang yang dianggap representatif bagi kepentingan data penelitian.
Sebagaimana menurut Sanafiah Faisal (2001:25) bahwa: …..bila sampel belum dapat ditentukan
secara utuh karena satu dan lain hal maka teknik penentuan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Snowball sampling, atau dengan kata lain
peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian dari informan kunci
tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan lainnya sesuai dengan
kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang realistis.
Mengacu pada pemikiran
tersebut, dalam penelitian ini tahapan awal yang dilakukan adalah menentukan
informan kunci penelitian yakni Pimpinan sekolah. Dari
informan kunci diperoleh informasi informan-informan pendukung dari seluruh
komponen yang berperan dalam dewan guru. Data
mengenai informan ini akan diakumulasi dalam daftar Informan beserta hasil
wawancara.
D.
Metode Pengumpulan Data
Tekhnik yang
dugunakan dalam upaya pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut:
1.
Teknik Pengamatan langsung (Observasi), yakni peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa
obyek penelitian terutama menyangkut prilaku keislaman siswa serta
perkembangan pengetahuannya
tentang keislaman siswa. Pengamatan juga
dilakukan pada obyek pendukung antara lain keadaan sarana prasarana sekolah,
keadaan dan siswa, pelaksanaan kurikulum serta keadaan umum sekolah.
2.
Teknik wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab
dan diskusi langsung pada beberapa informan mengenai obyek penelitian. Acuan
mengenai pokok-pokok wawancara disusun, disesuaikan dan dikembangkan oleh
peneliti sesuai kebutuhan.
E.
Tekhnik Analisis Data
Pengolahan data merupakan proses akhir dari
penelitian yang dilakukan. Prosedur pengolahan data idealnya tidak kaku dan
senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian. Beberapa ahli
mengemukakan proses pengolahan data kualitatif dengan cara yang berbeda.
Sebagai bahan acuan, peneliti menerapkan proses pengolahan data menurut Sanafiah Faisal (2001) yaitu
setelah seluruh data terkumpul maka proses pengolahannya dapat dilakukan secara
kualitatif melalui pengecekan Reduksi data, display data dan verifikasi data.
Lebih lengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Reduksi Data yaitu
semua data di lapangan akan dianalisis sekaligus dirangkumkan dipilih hal-hal
yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting
2.
Display Data yakni
teknik yang dilakukan oleh peneliti agar data yang diperoleh banyaknya jumlah
dapat dikuasai dengan dipilih secara fisik membuat display merupakan dari
analisis pengambilan kesimpulan
3.
Vertifikasi Data yakni
teknis analisis data yang dilakukan dalam rangka mencari makna data yang
dianggap masih kurang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu (1991) Psikologi Perkembangan, Jakarta:
Rineka Cipta,
Anwar,
Syaifuddin, (1998) Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Jakarta:
Rajawali Press.
Albanese,
Robert (1981) Managing Towart Accountability for Performance, Illionis:
Richard D. Irwin. Inc., Third Edition.
Darajad,
Zakiah, (1996) Ilmu Jiwa Agama,
Jakarta, : Bulan Bintang.
Depdiknas,
(2006) Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Direktorat
jendral Pendidikan Dasar & Menengah.
Edward
A. Shile danTalcott Pearson, (1962)
Toward a General Theory of Action: Theorical Foundations for the Social
Sciences, (New York: Harper & Row.
Faisal,Sanafiah (2001), Metode
Penelitian Sosial, Jakarta: Erlangga
Gary
A. Yulk dan Kennet N Wexley, (1988) Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia, Terj. Moh. Sobarudin, (Jakarta: PT. Dina Aksara.
Hassin
dan Brehm, (1990) Social Psycology, Boston: Houghton Miffin.
Herbert
A. Simon, (1997) Administrative
Behavior, New York: The Free Press.
Koentjoraningrat,
(1996) Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.
-------------,
(1974) Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: PT. Gramedia.
Langgulung, Hasan, (1989) Manusia dan
Pendidikan, Pustaka, Jakarta, Pustaka Husna.
Mary
Coulter dan Stephen P. Robbins, (2003) Management, New Jersey:
Princetice-Hall. Inc.
Moleong j Lexy, (2000) Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata,
Abudin (2002) Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurhadi,
dkk.(2004) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning/CTL) dan
penerapannyadalam KBK( Malang: Universitas Negeri Malang.
Robbins,
Stephen P. (1986) Organisasional Behavior: Conceps, Controverses, and
Application, (New Jersey: Third Edition: Englewood Clift Prentice-Hall.
Suparman
Eaman, Menejemen pendidikan masa depan. Pusat statistic pendidikan.
http:// WWW. Duniaguru. Com/ index. Php?=com_content &task=View&I d=401
7Itemid=58/Rendahnya mutu pendidikan. , hal 1
Soekanto,
Soerjono (1990) Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
persada.
Sanusi,
Syafiudin, (1975) Masalah Kenakaln Remaja,
Jakarta, : PT. Karya Nusantara.
Thoha
Miftah, (2001) Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta:
Raja Grafindi Persada.
Undang
– Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen (2006) Bandung: CV. Nuansa
Aulia.
Usman Husaini, (1995) Metodologi
Penelitian Sosial, Jakarta, Biana Aksara.
Tim Dosen IKIP Malang, (1981) Pengantar
Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya, :Usaha Nasional.
Lampiran 1
: Pedoman Wawancara
1. Bagaimana
bentuk prilaku siswa di SDN 1 Pongkalaero
2. Bagaimana
bentuk prilaku keislaman siswa SDN 1 Pongkalaero
3. Apakah
faktor yang mempengaruhi lahirnya prilaku keislaman siswa di SD Negeri 1
Pongkalaero
4. Bagaimana
upaya yang dilakukan membentuk prilaku siswa yang islamik
5. Bagaimana
hambatan yang dialami siswa dalam
pembentukan prilaku siswa yang islamik
Lampiran 2 :
PANDUAN OBSERVASI
1. Prilaku keislaman murid yang meliputi tindakan, sikap
yang murid yang bercorak keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Peranan guru
dalam pembentuk prilaku murid yang islami yang meliputi, aktivias guru atau
lembaga pendidikan dalam penanaman prilaku keislaman pada murid
3.
Factor yang
mempengaruhi terbentuknya prilaku keislaman murid seperti lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
Lampiran 3 : PANDUAN
DOKUMNETASI
1. Sejarah Perkembangan SD Negeri 1 Pongkalaero
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pongkalaero didirikan pada
tahun 1964 Menurut informan bahwa:
SDN 1 Pongkalaero didirikan dengan maksud untuk memenuhi
tuntutan lulusan Sekolah Dasar yang waktu itu makin hari makin besar jumlahnya
khususnya di Kecamatan Kabaena (sekarang kecamatan Kabaena selatan). (Wirman:
tokoh masyarakat: Wawancara 2 April
2012)
Pada waktu itu tahun 1964 di
Kecamatan Kabaena (sekarang Kecamatan Kabaena Selatan) belum terdapat sekolah.
Dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
052/O/1964 tertanggal 18 Februari 1964. maka resmi berdirinya Sekolah Dasar
Negeri 1 Pangkalaero. SD Negeri 1 Pongkalaero terletak di Kecamatan Kabaena
Selatan yang mana lokasinya berada tidak jauh dari pemukiman masyarakat
2.
Keadaan
Sarana dan Prasarana
No
|
Gedung
serta Sarana dan prasarana pendidikan
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Ruang
Belajar
Kantor
Ruang
Perpustakaan
Ruang
Guru
Ruang
Laboratorium IPA
Masjid/Mushalla
Lapangan
Bola Volly
Lapangan
Bulu tangkis
Lapangan
Tenis Meja
Lapangan
Takraw
Qasidah
|
7
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
1
buah
12
buah
|
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Baik
|
3.
Keadaan
Guru dan Siswa
a)
Keadaan Guru
No
|
Latar belakang pendidikan
|
Jabatan
|
Ket
|
1.
2.
3.
4.
5.
6
7
8.
|
Arfan
M..
Astar
Safaruddin,
B.A
Surajuddin,
A.Ma
Ernawati,
A.Ma
Guflin,
S.Pd.I
Hapsa
Abd.
Halim, A.Ma
|
Kepala sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
|
Kepala sekolah
Guru kelas
Guru PAI
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
|
b)
Keadaan Siswa
No
|
Kelas
|
Jenis Kelamin
|
Total
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
2
3
4
5
6
|
I
II
III
IV
V
VI
|
12
13
6
6
7
10
|
5
8
8
12
11
12
|
|
Jumlah
|
52
|
56
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mari belajar bersama