Dalam penjelasan sebelumnya, bahwa sikap keagamaan
merupakanintegrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama
sertatindak keagamaan seseorang. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruhlingkungan,
namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan. MenurutSiti Partini,
pembentukan sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh duafaktor yaitu:1.
Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan menganalisis pengarahyang
datang dari luar termasuk minat dan perhatian.2. Faktor eksternal, berupa
faktor diluar induvidu yaitu pengaruh lingkunganyang diterima. 30Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yaitu: 1. Faktor interna)
HereditasSebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw bersabda; yang artinya : “Tiap-tiap
anak dilahirkan diatas Fitrah, maka ibu bapaknya-lah yangmendidiknya menjadi
orang yang beragama yahudi, nasrani danmajusi”.Pada dasarnya manusia lahir
dalam keadaan fitrah (potensiberagama), hanya faktor lingkungan (orang tua)
yang mempengaruhiperkembangan fitrah beragama anak. Dari sini, jiwa keagamaan
anakberkaitan erat dengan hereditas (keturunan) yang bersumber dari orangtua,
termasuk keturunan beragama. Faktor keturunan beragama inididasarkan atas
pendapat ulama mesir Ali Fikri, dia berpendapat bahwakecenderungan nafsu itu
berpindah dari orang tua secara turun-temurun.Oleh karena itu anak adalah
merupakan rahasia dari orang tuanya.Manusia sejak awal perkembangannya berada
di dalam garis keturunandari keagamaan orang tua.31b) Tingkat usiaSikap
keagamaan anak akan mengalami perkembangan sejalandengan tingkat usia anak.
Perkembangan tersebut dipengaruhi olehberbagai aspek kejiwaan termasuk
kemampuan berpikir anak. Anakyang menginjak usia berpikir kritis lebih kritis pula
dalam memahami ajaran agamanya, baikyang diterima disekolah maupun diluar
sekolah.Meskipun tingkat usia bukan satu-satunya faktor penentu
dalamperkembangan jiwa keagamaan anak. Yang jelas kenyataan ini dapatdilihat
dari pemahaman anak pada pelajaran pendidikan agama islamberdasarkan tingkat
usia anak.2. Faktor EksternManusia memiliki potensi dasar yang dapat
dikembangkan sebagaimakhluk yang beragama. Potensi yang dimiliki manusia secara
umumdisebut fitrah beragama atau hereditas. Sebagai potensi, maka perlu
adanyapengaruh dari luar diri manusia, pengaruh tersebut berupa
pemberianpendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan). 32 Faktor ekstern
yangberpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan adalah lingkungandimana
individu itu hidup, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.a) Lingkungan
KeluargaKeluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,oleh karena
itu peranan keluarga dalam menanamkan kesadaranberagama anak sangatlah dominan.
Pengaruh orang tua terhadapperkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan
islam sudahlama disadari.
Salah seorang ahli psikologi, Hurlock berpendapat bahwakeluarga merupakan “Training Center” bagi penanaman nilai (termasuknilai-nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluargamempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untukmemperoleh pemahaman tentang nilai- nilai (tata karma, sopan santun,atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan ataumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personalmaupun social kemasyarakatan.b) Lingkungan SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangmempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan,pengajaran, dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang sesuaidengan potensi secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, psikis,(intelektual dan emosional), social, maupun moral-spiritual. MenurutSinggih D.Gunarsa, Sekolah mempunyai pengaruh dalam membantuperkembangan kepribadian anak. Pengaruh itu dapat dibagi menjaditiga yaitu:1) Kurikulum yang berisikan materi pengajaran.2) Adanya hubungan guru dan murid.3) Hubungan antar anak (pergaulan) sekolah.Dilihat dari kaitannya dengan jiwa keagamaan, tampaknyaketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab sikap keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yangluhur.
Salah seorang ahli psikologi, Hurlock berpendapat bahwakeluarga merupakan “Training Center” bagi penanaman nilai (termasuknilai-nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluargamempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untukmemperoleh pemahaman tentang nilai- nilai (tata karma, sopan santun,atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan ataumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personalmaupun social kemasyarakatan.b) Lingkungan SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangmempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan,pengajaran, dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang sesuaidengan potensi secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, psikis,(intelektual dan emosional), social, maupun moral-spiritual. MenurutSinggih D.Gunarsa, Sekolah mempunyai pengaruh dalam membantuperkembangan kepribadian anak. Pengaruh itu dapat dibagi menjaditiga yaitu:1) Kurikulum yang berisikan materi pengajaran.2) Adanya hubungan guru dan murid.3) Hubungan antar anak (pergaulan) sekolah.Dilihat dari kaitannya dengan jiwa keagamaan, tampaknyaketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab sikap keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yangluhur.
c) Lingkungan MasyarakatSetelah menginjak usia sekolah, sebagian
besar waktu siswadihabiskan disekolah dan masyarakat. Dalam masyarakat,
anakmelakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggotamasyarakat
lainnya. Maka dari itu perkembangan jiwa keagamaan anaksangat bergantung pada
kualitas perilaku atau akhlak warga masyarakatitu sendiri.33 Dalam upaya
menanamkan sikap keagamaan pada anak,maka ke tiga lingkungan tersebut secara
sinerji harus bekerja sama, danbahu membahu untuk menciptakan iklim, suasana
lingkungan yangkondusif.Dengan demikian walaupun sikap keagamaan
merupakanbawaan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan olehfaktor
eksternal. Adapun sifat keagamaan pada anak usia sekolah dasaryang diperolehnya
dari faktor internal dan eksternal menurut Jalaludindan Ramayulis sebagai
berikut:a) Unreflective ( kurang mendalam atau tanpa kritik)Kebenaran yang
mereka terima tidak begitu mendalam sehinggacukup sekedarnya saja dan mereka
sudah merasa puas denganketerangan yang terkadang-kadang kurang masuk akal.
Meskipun demikian ada beberapa anak yang memiliki ketajaman pikiran
untukmenimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain.b) EgosentrisAnak
memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak pada tahunpertama dalam
pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan denganpertambahan pengalamannya.
Apabila kesadaran itu mulai subur padadiri anak, maka akan tumbuh keraguan pada
rasa egonya. Semakinbertumbuh semakin meningkat pula egoismenya. Sehubungan
denganitu maka dalam masalah keagamaan anak telah menonjolkankepentingan
dirinya dan menuntut konsep keagamaan yang merekapandang dari kesenangan
pribadinya.c) AnthromorphisPada umumnya konsep anak mengenai ke-Tuhanan berasal
darihasil pengalamannya dikala ia berhubungan dengan orang lain. tapirealitanya
bahwa konsep ke-Tuhanan mereka tampak jelas memegangaspek-aspek kemanusiaan.
Melalui konsep yang terbentuk dalampikiran mereka menganggap bahwa peri keadaan
Tuhan itu samadengan manusia. konsep ke-Tuhanan yang demikian itu mereka
bentuksendiri berdasarkan fantasi masing-masing.d) Verbalis dan ritualisDari
realita yang kita alami ternyata kehidupan agama padaanak-anak sebagian besar
tumbuh mula-mula dari sebab verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal
kalimat-kalimat keagamaandan selain itu pula dari amaliah yang mereka
laksanakan berdasarkanpengalaman mereka menurut tuntutan yang diajarkan kepada
mereka.e) ImitativeDalam kehidupan sehari- hari dapat kita saksikan
bahwatindakan keagamaan yang dilakukan anak-anak pada dasarnya merekaperoleh
dari meniru. Berdo'a dan sholat misalnya mereka laksanakankarena hasil melihat
perbuatan lingkungannya, baik berupa pembiasaanataupun pengajaran yang
intensif. Walaupun anak mendapat ajaranagama tidak semata-mata berdasarkan yang
mereka peroleh sejak kecilnamun pendidikan keagamaan sangat mempengaruhi
terwujudnyatingkah laku keagamaan melalui sifat meniru itu.f) Rasa heranRasa
heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaanyang terakhir pada anak.
Rasa kagum pada anak belum bersifat kritisdan kreatif. Mereka hanya kagum
terhadap keindahan lahiriah saja.Rasa kagum mereka dapat disalurkan melalui
cerita-cerita yangmenimbulkan rasa takjub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mari belajar bersama