Senin, 24 September 2012

contoh skripsi pendidikan agama islam


PRILAKU KEISLAMAN MURID DI SD NEGERI 1 PONGKALAERO KECAMATAN KABAENA SELATAN
 KABUPATEN BOMBANA






SKRIPSI
Diajukan Untuk Mengikuti Ujian Hasil Pada Fakultas Agama Islam

OLEH :






UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
2012












PENGESEHAN  PEMBIMBING
PRILAKU KEISLAMAN MURID DI SD NEGERI 1 PONGKALAERO KECAMATAN KABAENA SELATAN
 KABUPATEN BOMBANA




  Kendari      Mei 2012

Pembimbing   I                                                                       Pembimbing   II


Drs. SYAMSU, M.Pd                                               NASRI AKIB., S.Ag, M.Pd.I


Mengetahui:
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Kendari



Drs. SYAMSU., M.Pd







ABSTRAK
Nama Zainul Nim. 21022055 Judul Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana.” (Dibimbing oleh Bapak Drs. Syamsu, M.Pd dan Bapak Nasri Akib, S.Ag, M.Pd.I.)

Prilaku keislaman merupakan salah satu indentitas pada setiap individu yang menandakan bahwa segala bentuk tindakan yang searah dengan konsep yang tertuang dalam ajaran-ajaran islam, prilaku tersebut dipandang perlu untuk diimplementasikan kepada setiap murid dan tidak terkecuali pada murid Sekolah Dasar karena dengan penerapan prilaku sejak dini akan sama halnya dengan penanaman identitas muslim kepada murid sejak dini. Beranjak dari hal tersebut maka penulis terinsipirasi untuk melakukan penelitian yang searah dengan konsep prilaku keislamn murid khususnya di SD Negeri 1 Pingkalaero Kec. Kabaena Selatan.Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan prilaku murid dalam proses pembelajaran serta mendeskripsikan aktivitas murid yang bercorak keislaman dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh data yang relevan dalam penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan wawancara, observasi dan selanjutnya dianalisis melalui pola reduksi, display serta verifikasi data .
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prilaku keislaman murid merupakan suatu bentuk tindakan atau sikap murid yang  dapat berupa tindakan seperti membaca Al-Qur’an, bersikap jujur, serta mengikuti segala bentuk kegiatan yang bernuansa Islam dalam lingkungan pendidikan dan hal tersebut dapat diakibatkan dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat religius yang mempengaruhi sehingga murid berprilaku yang searah dengan tuntutan dalam Islam.









KATA PENGANTAR


Puji syukur yang sedalam-dalamnya atas segala nikmat karunia Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Prilaku Keislaman Murid SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana".  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan yang diberikan dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bantuan tenaga, pikiran, waktu, moril dan materiil yang bersifat membantu proses penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs Syamsu, M.Pd selaku dosen pembimbing utama dan Bapak nasri Akib S.Ag, M.Pd. selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Bapak Dr. Rifai Nur, M. Hum, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam keberhasilan studi setiap mahasiswa.
2.      Bapak Drs, Syamsu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Agama Islam   yang telah membina, mengarahkan selama proses pendidikan penulis di Universitas Muhammadiyah Kendari.
3.      Bapak Arfan selaku Kapala Sekolah yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis dalam proses penelitian di lapangan
4.      Seluruh  keluarga bersar penulis terima kasih atas semua motivasinya
5.      Selanjutnya kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan penulis serta memberikan bantuan materi maupun non materi sehingga dapat menyelesaikan proses studi. Kepada rekan-rekan yang telah memberikan  motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai judul yang ditentukan.
Hanya dengan do’a semoga mereka yang disebut di atas mendapat pahala dan  keselamatan dari Allah Swt. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dalam menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Kendari,     Juni 2012
Penulis

.............





ABSTRAK
Nama ..................... Judul Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana.” (Dibimbing oleh Bapak Drs. Syamsu, M.Pd dan Bapak Nasri Akib, S.Ag, M.Pd.I.)

Prilaku keislaman merupakan salah satu indentitas pada setiap individu yang menandakan bahwa segala bentuk tindakan yang searah dengan konsep yang tertuang dalam ajaran-ajaran islam, prilaku tersebut dipandang perlu untuk diimplementasikan kepada setiap murid dan tidak terkecuali pada murid Sekolah Dasar karena dengan penerapan prilaku sejak dini akan sama halnya dengan penanaman identitas muslim kepada murid sejak dini. Beranjak dari hal tersebut maka penulis terinsipirasi untuk melakukan penelitian yang searah dengan konsep prilaku keislamn murid khususnya di SD Negeri 1 Pingkalaero Kec. Kabaena Selatan.Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan prilaku murid dalam proses pembelajaran serta mendeskripsikan aktivitas murid yang bercorak keislaman dalam proses pembelajaran.
Untuk memperoleh data yang relevan dalam penelitian maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan wawancara, observasi dan selanjutnya dianalisis melalui pola reduksi, display serta verifikasi data .
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prilaku keislaman murid merupakan suatu bentuk tindakan atau sikap murid yang  dapat berupa tindakan seperti membaca Al-Qur’an, bersikap jujur, serta mengikuti segala bentuk kegiatan yang bernuansa Islam dalam lingkungan pendidikan dan hal tersebut dapat diakibatkan dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat religius yang mempengaruhi sehingga murid berprilaku yang searah dengan tuntutan dalam Islam.









DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL………………………………………………..........................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KRIPSI……………………………....
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI……..…………….………………..…..
KATA PENGANTAR………………………………………………........................
ABSTRAK…………………………………………………………….…………….
iii
iv
vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………....……......
DAFTAR  LAMPIRAN………………………………………………….................
vii
ix

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang…………………………………….……....……….
B.     Fokus Penelitian................................................................................
C.     Definisi Operasional..........................................................................
D.    Tujuan Penelitian...............................................................................
E.     Manfaat Penelitian…………………….............................

1
5
6
6
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.  Tinjauan Umum  Prilaku Keislaman….................................………
B.  Deskripsi Keislaman Siswa...............................................................
1.      Tahap-Tahap Perkembangan Prilaku Keislaman........................
2.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Keislaman Siswa...
3.      Upaya-Upaya Membentuk Prilaku keislaman Siswa..................
8
18
20
23
25

BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Jenis Penelitian……………………...……………….............…..
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian……………....………………….
C.     Sumber Data Dan Tehnik Penentuan Informan................................
D.    Metode Pengumpulan Data……………......…………….....
E.     Tekhnik Pengolahan  Data…….......…………….……………...….

28
28
29
30
31



BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Prilaku Keislaman murid dalam Belajar SDN 1 Pongkalaero Kec. Kabaena Selatan Kab. Bombana………………………….………...
B.     Faktor yang Mepengaruhi Prilaku Keislaman Murid SDN I Pongkalaero  Kec. Kabaena Selatan Kab. Bombana………………


33

40
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………….……...
B.     Saran-saran………………………………………………...………..


54
54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN









DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:  Pedoman Wawancara……………………………………………….   58
Lampiran 2 : Panduan Observasi………………………………………………….   59
Lampiran 3 : Panduan Dokumentasi………………………………………………   60
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian………..……………………………….   63









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidik  baik dari hasil prestasi ataupun dari ranah afektif maupun psikomorik, hal tersebut lebih jelas di paparkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan pada undang-undang di atas dapat diketahui bahwa tujuan utama pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk bekal menggapai hidup yang sukses di masa depan. Oleh karena itu, biasanya pendidikan didefinisikan sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan diri, guna menghadapi perannya di masa datang. Berdasarkan dari tujuan pendidikan diatas itulah, maka dapat diketahui beberapa permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.(Erman, 2012:1). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat-alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun semua itu masih kurang menunjukkan adanya peningkatan kualitas pendidikan yang signifikan bahkan juga dalam konteks kehidupan sehari-hari disetiap lembaga pendidikan kerapkali dijumpai peserta didik yang memiliki maslah dalam belajar. Belum baiknya kualitas hasil belajar tersebut tampaknya berpengaruh juga terhadap daya saing kualitas angkatan kerja di tingkat dunia khususnya dunia kerja. Dilihat dari pendidikannya, angkatan kerja bangsa kita sangat memprihatinkan. Hal tersebut dikarenakan, 53 %-nya tidak berpendidikan, 34 % berpendidikan sekolah dasar, 11 % berpendidikan menengah, dan 2 % yang berpendidikan tinggi. Sedangkan menurut laporan Human Development Report tahun 2010, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sember daya manusia Indonesia berada diurutan 112 dari 174 negara didunia (Nurhadi,2010:1)
Berdasarkan permasalahan di atas disebabkan akibat adanya pola pikir sentralistik, monolistik, dan uniformistik yang mewarnai dunia pendidikan kita. Selama ini model pembelajaran konvensional diterapkan di sekolah. Guru sebagai bagian sumber informasi dalam menyampaikan kepada murid, cenderung menggunakan metode ceramah. Sejak dulu sampai sekarang hasil pendidikan baru mampu membekali murid menghafal fakta-fakta yang didapat dari buku referensi mata pelajaran. Diakui memang faktor guru selalu berada di barisan tedepan. Sebagai guru, selain menguasai ilmu yang akan diajarkan, guru dituntut mampu mengelola program belajar, mampu mengelola manajemen kelas dan murid, dan mampu memilih metode belajar yang tepat dan jauh ke depan demi kualitas hasil belajar murid. Lebih lanjut, bahwa sebagian besar murid belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan siterapkan dalam kehidupan kesehariannya. Murid juga mengalami kesulitan untuk memahami konsep dari metode mengajar guru yang cenderung ceramah. Dengan melihat kondisi di atas, kita sebagai orang yang berada di lingkungan pendidikan perlu memulai untuk mengadakan perubahan-perubahan meskipun dalan taraf yang kecil sehingga tujuan lembaga pendidikan mudah tercapai.
Belajar akan menjadi lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang telah mereka pelajari, sehingga anak tidak hanya mampu dalam menghafal tetapi lebih jauh lagi mampu memecahkan masalah dalam belajarnya sendiri. Berdasarkan itu pula diharapkan murid dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan terhindar dari perilaku belajar yang menyimpang dari tujuan pembelajaran itu tersendiri, karena pembelajaran yang beroreintasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi meningat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.(Diknas,2006:6). Akhirnya muara dari pembelajaran tersebut adalah meningkatnya keaktifan murid yang nantinya pasti akan berkembang menjadi meningkatnya prestasi dan prilaku belajar murid serta mampu menambah serta wawasan guru dalam pengembangan pembelajaran. Semua harapan tersebut dapat diperoleh murid dengan syarat murid harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sikap saling mengahargai dan menghormati, keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. dalam hubungannya dengan Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.
Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia utamanya yang menyangkut prilaku murid maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi peserta didik menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Sebagai landasan dalam (QS 95:4)  yang berbunyi:

 Artinya: Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Dalam kaitannya dengan ayat di atas maka manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, Nasional, regional maupun global peserta diharapkan dapat mencapai sasaran pendidikan.
Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua murid dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan Islam agar menjadi cerminan dalam kehidupan yang berdih dari tindakan atau prikalu yang abnormal sejak dini. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti terinspirasi untuk mengkaji lebih faktual dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul “Prilaku Keislaman Siswa di SD 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kebupaten Bombana

B.       Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini difokuskan  masalah dalam penelitian bahwa bagaimanakah prilaku keislaman murid di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana?


C.      Definisi Operasional
Pada dasarnya definisi operasional merupakan suatu penjelasan yang dipaparkan oleh setiap penulis dalam upaya memberikan penjelasan secara singkat  tentang variabel-variabel tertentu dalam setiap judul yang menjadi kajian dalam penulisan, oleh karena itu untuk menghindari kesalah penafsiran pembaca terhadap kajian dalam penulisan ini maka penulis membatasi pengertian dalam judul penelian ini sebagai berikut:
1.    Prilaku keislaman adalah: suatu sikap atau kebiasaan setiap individu dalam kehidupan sehari-hari senantiasa berpedoman pada prilaku yang telah digariskan dalam kehidupan islam seperti pada nilai-nilai pelaksanaan ibadah, syariat yang tidak keluar dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadist.
2.    Murid adalah : peserta didik atau siswa yang duduk dibangku sekolah dasar khususnya di SDN 1 Pongkalero dan sedang menuntut ilmu.

D.      Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui prilaku keislaman murid dalam proses pembelajaran di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana
2.      Untuk mendeskripsikan bentuk prilaku keislaman murid yang bercorak keislaman dalam proses pembelajaran di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana



E.       Manfaat Penelitian

1.      Bagi Penulis: Penelitian ini sebagai pengalaman dalam hal penelitian lapangan sebagai salah satu syarat dalam kegiatan akdemik penulis.
2.      Bagi Sekolah: Dapat dipakai sebagai masukan khususnya bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui identifikasi prilaku murid.
3.      Bagi Lembaga: Dapat dipakai sebagai koleksi di perpustakaan yang dapat dibaca oleh siapa saja yang memerlukannya. 






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Tinjaun Umum  Prilaku Keislaman
Istilah prilaku sesungguhnya berawal dari kata sikap, prilaku biasanya dimaknai dengan sikap yang ditunjukan dengan perbuatan seseorang. Karena dalam focus penelitian ini adalah prilaku siswa, maka yang dimaksudkan adalah prilaku, tindakan serta perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang dalam kehidupan kesehariannya Secara umum perilaku diartikan sebagai semua yang dilakukan oleh seseorang. Perilaku merupakan fungsi dari variael individu dan lingkungan. Variable lingkungan terdiri dari lingkungan kerja, yaitu desain tugas, struktur organisasi, kebijakan dan aturan, penghargaan dan sanksi, dan sumber daya, Sementara variable individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, kepribadian, persepsi, sikap, nilai-nilai, umur, jenis kelamin, dan pengalaman.(Gibson, 2004:95-96) Hasil dari berbagai studi tentang perilaku menyimpulkan bahwa :
(1)          Perilaku disebabkan oleh sesuatu
(2)          Perilaku mengarah pada tujuan tertentu
(3)          Perilaku dapat diobservasi dan dapat diukur
(4)          Perilaku yang tidak dapat diobservasi juga merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan;

(5)          Perilaku didorong oleh sesuatu.
Perilaku didefinisikan sebagai cerminan pilihan sadar yang didasarkan atas reaksi atau pikiran seseorang terhadap alternatif-alternatif yang berbeda-beda.(Kanet,1998:108) Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku adalah fungsi dari interaksi antara seorang individu dan lingkunganya.(Thoha,2001:23) Perilaku adalah tindakan-tindakan orang. Studi perilaku berhubungan dengan sikap yang diartikan sebagai pernyataan penilaian (evaluative  statement) atas obyek  tertentu, orang, atau kejadian. Dalam hal ini terdapat teori cognitive dissonance yang menyatakan bahwa ketidakkonsistenan adalah ketidaknyamanan dan orang cenderung untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut, sehingga individu mencari stabilitas.(Stephan,2003: 370)
Teori tindakan beralasan (reason action) menyatakan bahwa manusia pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara rasional, mempertimbangkan semua informasi yang ada dan memperhitungkan implikasi dari tindakan mereka. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh: (1) sikap spesifik terhadap sesuatu; (2) norma-norma subyektif atau keyakinan; (3) keduanya membentuk intense untuk perilaku. (Hasin:1990 : 44)
Dalam mengkaji tentang perilaku terutama perilaku individu dikenal istilah kontrak psikologis (psychological contrack), yaitu seluruh ekspektasi individu dalam hubunganya dengan kontribusinya. Sementara Simon (1997:76) menjelaskan perilaku individu setiap orang berhadapan dengan berbagai alternatif perilaku. Keputusan atau pilihan adalah proses dimana satu alternatif dalam satu kesempatan perilaku dipilih. Sekumpulan keputusan yang menentukan perilaku dalam kurun waktu tertentu disebut strategi. Dalam hal ini perilaku pengambilan keputusan melalui tahapan: ( 1) menyusun alternatif strategi; (2) penentuan konsekuensi yang mengikuti setiap stategi; (2) evaluasi perbandingan masing-masing konsekuensi. Hal demikian disebut sebagai perilaku yang rasional.
Lebih lanjut perilaku yang baik dicirikan sebagai : (1) dukungan terhadap sesama (personal support), yang terdiri dari: a) membantu teman (helping); b) bekerja sama (cooperation); c) memotivasi orang lain (motivating); (2) dukungan terhadap organisasi (organizational support), yang terdiri: a) menyampaikan hal-hal positif (representing); b) bekerja lebih lama (loyalty); c) menjunjung tinggi ketentuan dan peraturan oragnisasi (compliance); (3) inisiatif untuk melakukan hal yang baik (conciating support), yang terdiri dari: a) berpendirian teguh (persistence): b) menyelesaikan masalah dan mengusulkan solusinya (initiatife): dan c) mengembangkan diri (self development).
Faktor-faktor yang mendasari perilaku manusia adalah nilai-nilai, sifat kepribadian, interaksi dengan orang lain, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.(Syaifuddin: 1998: 29) Jelaslah bahwa perilaku seseorang didasari atau dipengaruhi oleh nilai-nilai atau system nilai yang dominan dan berkembang dalam lingkungannya.
Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam mengemban gagasan-gagasan seseorang mengenai apa yang benar baik atau diinginkan. Dengan sistem nilai, seorang individu sebelum bertindak telah memiliki pertimbangan tentang baik buruknya suatu tindakan. Dengan sistem nilai seorang santri misalnya, sudah memiliki pemahaman tentang sesuatu yang baik atau buruk sebelum melakukan tindakan. Nilai didefinisikan oleh Robbins (1986:132) sebagai keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir esistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosial dari pada suatu modus perilaku keadaan akhir atau keadaan akhir yang berlawanan. Sistem nilai merupakan suatu hierarki yang didasarkan pada suatu peringatan nilai seorang individu dalam hal intensitasnya.
Menurut Robert Albanese,(1981:645) nilai-nilai merupakan kepercayaan tentang prilaku baik dan buruk. Nilai-nilai memberikan sistem pemandu umum bagi perilaku seseorang. Sistem nilai seseoarang merupakn suatu kerangka persepi yang permanen secara relatif yang membentuk dan mempengaruhi sifat umum dari perilaku seseoarang. Nilai-nilai yang bersifat stabil dan umumnya mempengaruhi sikap dan perilaku. Nilai-nilai ini sebagian besar ditentukan oleh berbagai faktor, seperti budaya, warga, sekolah, dan lingkungan. Sebagian besar nilai dibangun dalam usia dini dari orang tua, guru, tetangga dan masyarakat.
Nilai bersifat stabil dan umumnya mempengaruhi sikap dan perilaku. Sebagian besar nilai dibangun sejak usia dini. Untuk lebih memahami tentang nilai, uraian Talcott Parsons tentang sistem sosial (social system), sistem keperibadian (personilty system) dan sistem budaya (cultural system) mungkin berguna. Sistem sosial merupakan suatu sistem tindakan yang mempunyai ciri-ciri berikut; (1) Melibatkan proses interaksi antara dua atau lebih aktor. (2) Situasi ke arah dimana aktor berorientasi yang mencakup aktor-aktor lain. (3) Terhadap saling ketergantungan dan, sebagian tindakan diperlihatkan, dimana hal ini merupakan suatu fungsi dari orientasi tujuan kolerktif atau nilai-nilai bersama, dan suatu konsensus dari harapan-harapan normatif dan kognitif. (Edward,1962:54)
Sistem kepribadian merupakan suatu sistem tindakan yang mempunyai ciri-ciri berikut; (1) sistem yang mencakup saling keterhubungan (interconnections) dari tindakan-tindakan aktor perorangan. (2) tindakan aktor diorganisasikan oleh suatu strtuktur disposisi kebutuhan (need disposition). (3) Tindakan dari aktor beragam tidak dapat dipilih secara acak tetapi harus mempunyai suatu organisasi penentu kesesuaian atau integrasi.
Sistem standar nilai dan pola-pola budayaatau prilaku  lain jika terlembagakan (institutionalized) dalam sistem dan mendarah daging (internalized), dalam sistem keperibadian yang memandu aktor berdasarkan baik orientasi pada tujuan akhir (ends) maupun aturan  normatif (normative regulation) sarana-sarana dan tindakan-tindakan ekspresif, jika disposisi kebutuhan dari aktor memungkinkan persoalan-persoalan ini.
Koentjaraningrat (1996:6) mencatat terdapatnya anjuran agar kebudayaan dibedakan sesuai dengan 4 (empat) wujudnya, yang secara  simbolis  digambarkan oleh 4 (empat)  lingkaran konsentris. Pertama, lingkaran paling luar melambangkan kebudayan sebagai artefacts (benda-benda fisik). Kedua, lingkaran yang melambangkan kebudayaan sebagai sistem perilaku (tindakan) yang berpola. Ketiga, lingkaran yang melambangkan kebudayaan sebagai suatu sistem gagasan. Keempat, lingkaran paling dalam yang merupakan pusat atau inti dari seluruhnya yang melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang ideologis.
Begitu juga halnya perilaku keagamaan merupakan sistem nilai itu sendiri. Pandangan ini sejalan dengan ungkapan inti kebudayaan adalah sistem nilai yang  dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Sistem nilai tersebut mencakup konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap buruk (sehingga harus dijauhi) dan apa yang dianggap baik (sehingga harus sekaku yang dianut). Konsepsi abstrak yang pertama dikenal dengan sistem nilai negatif atau perilaku negatif, sedangkan sistem nilai yang kedua adalah sistem nilai positif atau perilaku positif.(Soejono Soekanto1990: 208)
Dengan demikian sistem nilai merupakan inti dari kebudayaan atau prilaku yang akan menentukan sifat dan corak dari pikiran, cara berpikir, perilaku manusia. Semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia mencakup 5 (lima) masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima masalah pokok tersebut  mencakup; (1) konsepsi mengenai hakekat hidup; (2) konsepsi mengenai hakekat karya; (3)konsepsi mengenai hakekat waktu; (4) konsepsi mengenai hakekat hubungan manusia dengan lingkungan alam; dan (5) konsepsi mengenai hakekat hubungan manusia dengan lingkungan sosial.(Koendjara Ningrat, 1974:32-37)
Perilaku siswa yang didasarkan pada nilai-nilai keislaman ini kemudian lebih dikenal sebagai akhlak yang baik (akhlak al-karimah). Akhlakul karimah terdiri dari akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan. Bentuk berakhlak kepada Allah, di antaranya mencintainya, bertaubat kepadanya, mensyukuri nikmatnya, selalu berdoa kepadanya beribadah kepadanya, meniru sifatnya, dan berusaha mencari ridhanya.(Abudinata, 2002:147-148)
Bentuk akhlakul karimah pada manusia adalah jujur, penolong, berani, adil, rajin, disiplin, kreatif, sederhana, berbaik sangka, dermawan, toleransi, berbakti pada orang tua, iffah (tahu diri). Jika akhlakul karimah diamalkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya maka akan terwujud keharmonisan atau kerukunan diantara sesama manusia.(2000:149)
Sistem pendidikan agama dapat melestarikan ciri-ciri khas keislaman dalam berinteraksi sosial, yaitu : (1) Adanya hubungan yang akrab antara siswa dan guru serta taat dan hormatnya yang merupakan figur karismatik dan menjadi contoh yang baik; (2) Semangat menolong diri sendiri dan mencintai diri sendiri (3) Jiwa dan sikap tolong monolong, kesetiakawanan, dan suasana kebersamaan  dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan sesam muslim;  (4)  Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan dan beribadah; (5) Hidup hemat dan sederhana; (6) Merintis sikap jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan.
Dari beberapa kajian teori di atas dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan perilaku keislaman adalah tindakan seseorang  dalam lingkungannya sebagai pilihan sadar atas alternatif yang ada yang mengarah pada tujuan tertentu dengan indikator-indikator mengerjakan kewajiban yang diberikan oleh lingkungan, mentaati aturan yang berlaku di lingkungannya, menerima sistem nilai yang ada dilingkungannya, dan menyelesaikan persoalan yang ada di lingkungannya.  
Begitu juga halnya dengan murid karena murid merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang yang dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya tentu akan mengalami pengaruh secara internal (dalam dirinya) dan eksternal lingkungan sekitar baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan tersebut daperoleh murid di sekolah di dalam keluarga maupun dilingkungan masyarakat di mana ia berada. Hal ini diungkapkan oleh Moilechaten Resji (1981:83) mengemukakan bahwa keunikan sifat pribadi seseorang terbentuk karena tiga faktor penting yakni keturunan (heredity), lingkungan (environment) dan diri (self)
Seseorang memiliki prinsip tartentu yang berkenaan dengan proses perkembangan kepribadianya. Faktor yang berasal dari diri tiap individu adalah , kehidupan kejiwaan seorang yang terdiri atas perasaan, usah, pikiran dan pandangan. penilaian keyakinan, sikap dan anggapan yang semuanya akan berpengaruh dalam membuat keputusan tentang tindakan sehari-hari. Faktor diri atau pribadi tersebut teraktualisasi dari pembawaan, ajar dan pengalaman hidup untuk anak usia sekolah dapat mempengaruhi sifat dan kepribadian seorang. Perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun ekstrnal. hal tersebut harus diperhatikan oleh seluruh masyarakat social sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah social yang dihadapinya. faktor-faktor tersebut meliputi aspek biologis, aspek psikologis, faktor lingkungan alam dan fisik, faktor lingkukgan social,dan faktor kebudayaan. hal tersebu merupaakn indikator yang dapat mempengaruhi prilaku murid
Dari konsep diatas maka secara rinci dijelaskan bahwa “prilaku murid adalah tingkah laku atau perbuatan murid yang bersifat anti sosial maupun sosial yang yang dilakukan dalam kehidupan kesehariannya, pada hakikatnya  manusia dibekali dengan bakatnya yang telah dilihat sejak lahir dan sukar dihilangkan dengan pengaruh apapun.  Dalam konteks murid, faktor yang banyak mempengaruhi terjadinya perilaku adalah longgarnya disiplin sekolah yang diterapakan oleh sekolah itu sendiri, sehingga siswa kurang memiliki kedisiplinan terhadap aturan-aturan yang berlaku.  
Sementara faktor lingkungan, bakat dan faktror pendidikan juga dipahami bahwa antara faktor diri (bawaan) dan faktor ajar atau lingkangan sama-sama mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi proses perkembangan kepribadian anak. Zakiah Darajat (1996:56) menjelaskan 3 faktor yang menyebabkan tejadinya prilaku anak atau siswa meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan masyarakat. Faktor keluaga meliputi faktor ekonomi, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua. faktor sekolah meliputi minimnya penanganan, bimbingan dan pendidikan moral yang diberikan pada saat proses belajar-mengajar. Sementara faktor lingkungan masyarakat dimaksudkan adalah keadaan masyarakat dilingkungan sekolah maupun tempat tinggal anak yang mendukung terjadinya pergaulan bebas.
Dengan demikian maka untuk mengatasi prilaku-prilaku murid tersebut perlu pembinaan agar dapat mengenali dirinya dan apa yang dilakukan.  Bimbingan yang dilakukan di sekolah memiliki peranan yang sangat besar dalam mengarahkan murid berprilaku yang searah dengan tujuan terutara lembaga pendidikan. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaanya, maka guru perlu melibatkan semua unsur termaksud siswa, guru-guru yang lain serta orang tua, sebab keterlibatan mereka dalam mengatasi masalah murid sangat berpengaruh secara psikologis bagi murid itu sendiri.
Dalam berbagai sumber literatur yang ada telah banyak menunjukan kegagalan dalam dunia pendidikan untuk mengemban misinya dari sisi lain juga telah kita saksikan beberapa adegan yang ditunjukan dalam berbagai media tentang bagaimana pola kehidupan dalam bermasyarakat dan hal ini tidak jauh beda dengan apa yang disekitar kita. Faktor yang mempengaruhi lahirnya prilaku murid antara lain:
1.         Faktor ekonomi
Permasalah ekonomi merupakan salah satu penyebab atau faktor yang dapat melahirkan tindakan atau prilaku murid karena dilihat dari aspek kebutuhan sehingga manusia dapat berbuat sesuatu yang melanggar norma seperti melakukan pencurian, perampokan atau segala bentuk tindakan yang dapat merugikan orang lain demi memenuhi kebutuhan hidup
2.         Sosial Budaya
Tingkat kebiasaan masyarakat diamana merupakan indikator yang ikut memberikan efek negatif terhadap pola kehidupan masyarakat terutama anak kalangan usia murid yang berada dalam suatu lingkaran kehidupan diamana tingkat

kebiasan masyarakat yang cenderung menyimpang akan ikut meningkatkan priilaku murid yang menyimpang , misalnya dalam kehidupan masyarakat yang cenderung terbiasa minum-minuman beralkohol maka akan merasa bahwa tindakan tersebut merupakan suatu budaya yang perlu dilestarikan pada hal sudah dengan jelas hal tersebut sangat bertentangan dengan segala bentuk norma
3.         Hukum
Peranan hukuman yang kurang tegas akan berdampak buruk pula terhadap kondisi dalam masyarakat, misalnya peneraan hukum dalam masyarakat yang kurang tegas maka masyarakat akan merasa bahwa hukum tidak memberikan efek jera terhadap si pelanggar sehingga banyak murid yang merasa adem-adem saja dengan tindakannya yang menyimpang.
B.       Deskripsi Keislaman Murid
Konsep keislaman mengandung pengertian yang berkonotasi pada pengakuan, ikatan, kepercayaan, sistim tingkah laku, pemujaan dan ajaran-ajaran yang diakui dan tertanam dalam jiwa seseorang. Oleh karena itu keislaman merupakan gambaran sikap yang tercermin dari kepribadian seseorang dan diwujudkan dalam tingkah lakunya secara fisik. Hal ini berarti pula bahwa keislaman merupakan akumulasi dari sesuatu yang abstrak kepada kenyataan atau sebaliknya. Deksripsi keislaman siswa dalam konteks yang lebih spesifik mengisyaratkan suatu batasan ruang lingkup pada seseorang sedang menempuh jalur tertentu. Atau dengan kata lain menyangkut prilaku keislamanpada tingkatan anak usia sekolah.
Pemahaman tentang prilaku keislaman sangat penting artinya, terutama bagi dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena perkembangan prilaku keislaman ini sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan yakni membentuk manusia yang memiliki kepribadian dan moral yang baik. Sebagaimana menurut Jalaluddin dalam Drajad bahwa prilaku atau Islam secara umum bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip prilaku keislaman yang dipungut dari kajian terhadap perilaku keagamaan. ini berarti pula menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan memmuridi berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaan hidup pada umumnya.
Lebih lanjut, Zakiah Daradjat menyatakan, bahwa ruang lingkup psikologis (jiwa) keagamaan mencakup proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Pendapat ini mengindikasikan adanya keterkaitan tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.  Dalam banyak kasus, pendekatan jiwa keagamaan, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama (Islam).(1996:19)
Berdasarkan berbagai uraian di atas, prilaku keislaman siswa merupakan gambaran sikap atau perilaku siswa terhadap agama dan kepercayaan yang diyakininya. Pemahaman mengenai perkembangan prilaku keislaman ini penting artinya dalam meningkatkan kesadaran agama dan pengembangan sistim pendidikan Islam.
1.         Tahap-Tahap Perkembangan Prilaku keislaman
Hingga saat ini belum diperoleh kesepakatan para ahli mengenai tahapan-tahapan perkembangan jiwa manusia, termasuk jiwa keagamaan. Namun demikian secara umum, para ahli pada dasarnya sepakat bahwa perkembangan tersebut berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia secara individual.
Perkembangan Prilaku keislaman berkaitan erat dengan tahap-tahap perkembangan pribadi yang dilaluinya, mulai dari nol tahun hingga menjadi usia dewasa. Menurut Zakiah Darajat (1996) bahwa  Anak-anak mengenal Tuhan melalui bahasa. Dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungan yang pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut terhadap Tuhan, maka mulailah ia merasa sedikit gelisah dan ragu tentang sesuatu yang gaib yang tidak dapat dilihatnya itu, mungkin dia ikut membaca dan mengulang kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang tuanya.
Bila prilaku keislaman anak mulai tumbuh dan berkembang saat anak mengenal bahasa berarti usia anak pada waktu itu mencapai 2 sampai 6 tahun. Hal ini, sesuai dengan pendapat Commenius bahwa umur hingga 6 sampai 12 tahun adalah periode sekolah ibu atau sekolah bahasa ibu (Abu Ahmadi, 1991:38-39). Menyangkut perkembangan potensi keagamaan anak, Zakiah Daradjat memperkirakan bahwa, Mulai umur 3 sampai 4 tahun anak-anak mengemukakan pertanyaan yang ada hubungannya dengan agama, misalnya “siapa Tuhan, dimana surga, bagaimana cara pergi ke sana?. Munculnya pertanyaan tersebut merupakan ciri terjadinya perkembangan prilaku keislamananak didik. Hal ini berarti anak didik belum mampu memandang alam metafisika sebagai mana dirinya sendiri, namun timbulnya sejumlah pertanyaan itu memadai terjadinya perubahan pada diri anak dari segi jiwa keagamaannya. Pada usia 4 sampai 5 tahun perkembangan anak mengalami perubahan, dari pengaju pertanyaan kepada sikap kagum. Zakiah Daradjat menyatakan Setiap anak-anak terhadap agama mengandung keagamaan dan penghargaan. Bagi mereka upacara-upacara agama dan dekorasi (keindahan) rumah ibadah, lebih menarik perhatian. Anak-anak dalam kepercayaannya bersifat egosentris, artinya semua sembahyang dan doa-doa adalah untuk mencapai keinginan-keinginan pribadi misalnya dia mau baik karena akan mendapat upah. Ia menggambarkan Tuhan sebagai seorang yang akan menolongnya dalam mencapai sesuatu, karena ia sudah bisa ditolong oleh orang dewasa, terutama orang tuanya.
Kepercayaan anak-anak terhadap Tuhan masih bersifat sederhana kepercayaan tersebut akan semakin diyakini setelah anak-anak mengalami banyak pengalaman dalam hidupnya. Namun pengalaman yang dilalui itu belum mampu menciptakan keyakinan yang teguh akan eksisten Tuhan. Dalam hal ini Zakiah Daradjat menyatakan Sebelum mencapai kurang lebih 7 tahun, perasaan si anak terhadap Tuhan pada dasarnya adalah negatif, yaitu takut, menentang dan ragu. Dia berusaha untuk menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan Tuhan sedang gambarnya terhadap Tuhan sesuai dengan emosinya, akan tetapi pada masa kedua (kurang lebih 7 tahun) ke atas, perasaan si anak terhadap Tuhan telah berganti dengan yang lebih positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.
Perasaan dan kepercayaan terhadap Tuhan tersebut terus mengalami perubahan dan perkembangan. Karena sampai 8 tahun hubungan anak-anak dengan Tuhan adalah individu, hubungan emosional antara ia dengan sesuatu yang tidak terlihat, yang dibayangkan dengan caranya sendiri.
Pada tahap selanjutnya perkembangan pemikiran anak terhadap Tuhan mengalami banyak perkembangan menurut Zakiyah Daradjat bahwa Masa Adolessen (13-21) perasaan agama terdiri dari dinamika pribadi, sedang masa antara keduanya adalah masa sibuknya anak dalam hubungan sosial, yaitu masa tunduknya kekuatan-kekuatan spontan terhadap pengaruh-pengaruh sosial dari luar. Perkembangan prilaku keislaman pada usia Adolessen sangat variatif, sebab anak-anak dalam masa trasisi yakni masa murid. Pada fase ini secara psikologis murid mengalami kegoncangan-kegoncangan, baik karena faktor pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, juga karena faktor lingkungan sekitarnya. Maka perkembangan potensi keagamaannya pun mengalami stragnasi tetapi murid berada pada tahap ketaatan dalam beragama.
Berdasarkan berbagai uraian mengenai tahapan prilaku keislaman tersebut dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tahapan umum perkembangan yakni tahap awal sejak lahir hingga masa kanak-kana, tahap transisi ketika anak mencapai usia murid dan tahap kematangan yakni mencapai usia dewasa. Perkembangan prilaku keislaman bersifat fluktuatif atau berubah-ubah dan memiliki perbedaan yang spesifik pada setiap individu.
2.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Keislaman Siswa
Prilaku keislaman merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsure efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Mengenai faktor-faktor yang yang mempengaruhi perkembangan psikologis maupun prilaku keislamanterdapat 3 (tiga) aliran yang mengurai faktor-faktor tersebut berdasarkan sudut pandangnya masing-masing yakni aliran nativisme, aliran empirisme dan aliran konvergensi(Hasan Langgulung,1989:137).
Aliran nativisme berpendapat bahwa Anak waktu dilahirkan telah mempunyai pembawaannya sendiri-sendiri selanjutnya anak itu akan berkembang sesuai dengan pembawaan yang ada pada dirinya masing-masing. Pendidikan tidak berkuasa apa-apa terhadap perkembangan anak (1989:139). Pendapat ini mengindikasikan bahwa aliran nativisme cenderung menganggap faktor internal atau faktor bawaan, merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan prilaku keislama nanak.   Sementara aliran emperisme berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalamannya sejak kecil. Berbeda dengan aliran nativisme, aliran empirisme menyatakan bahwa faktor ekternal atau faktor lingkungan terutama pengalaman dan pendidikan yang paling menentukan perkembangan jiwa keagamaan.  Kedua pendapat tersebut diakumulasi oleh para ahli yang menganut aliran konvergensi Perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Kedua-duanya (pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan anak (1989). Aliran Konvergensi menyepakati bahwa faktor internal dan faktor eksternal merupakan dua faktor yang turut mempengaruhi perkembangan prilaku seseorag. Mengacu dari pernyataan tersebut, maka prilaku keislaman terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Artinya, secara kodrati manusia adalah homo religius (mahluk beragama) yang sejak lahir telah mengandung potensi keagamaan dalam dirinya. Namun, potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakonkan.
Dalam kenyataan sehari-hari bahwa faktor pembawaan dan faktor lingkungan merupakan dua aspek saling pengaruh mempengaruhi, sehingga apa yang dilakukan pendidikan dalam perkembangan potensi keagamaan siswa selalu berusaha untuk tidak memperbaiki aspek bawaan dan berusaha membentuk lingkungan yang mendorong perkembangan jiwa agama anak didik secara sempurna. Dalam kehidupan manusia sebagai individu, pengaruh psikologis membentuk keyakinan dalam dirinya dan menampakan pola tingkah laku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut. Sedangkan dalam kehidupan sosial, kayakinan dan pola tingkah laku tersebut mendorong manusia untuk melahirkan norma-norma dan pranata keagamaan sebagai pedoman dan sarana kehidupan beragama di masyarakat.
3.    Upaya-Upaya Membentuk Prilaku keislaman Siswa
Pembentukan prilaku keislaman sangat penting artinya bagi perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu, pembentukan prilaku keislaman hendaknya menjadi tanggung-jawab semua pihak demi keberlangsungan hidup generasi utamanya generasi muda Islam. Upaya-upaya tersebut idealnya didasari oleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prilaku keislama anak. Karena sebelumnya telah ada pembawa risalah tetanng pembentuk keislam yang tertuang dalam QS: 21: yang berbunyi:
Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Sebagaimana telah dijeklaskan sebelumnya, Selain faktor bawaan, faktor lingkungan yang sangat berperan dalam menentukan jiwa, sikap maupun perilaku keagamaan anak. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berperan adalah faktor pendidikan. Faktor pendidikan sangat penting dalam memberikan pengalaman keagamaan pada anak. Pendidikan tersebut tidak saja diperoleh melalui sekolah, tetapi lebih penting lagi pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga. Hal ini juga diakui oleh Zakiyah Daradjat (1970: 35) bahwa pada umumnya agama seseorang dianut oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama misalnya orang tuanya tahu beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawan juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka anak-anak itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada aturan-aturan agama, terbiasa ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.
Pendapat di atas sangat jelas sekali bahwa faktor pendidikan dan lingkungan dapat berpengaruh baik dan buruk terhadap perkembangan potensi keagamaan anak didik tergantung corak, pengalaman dan perlakuan yang diterima anak didik di lingkungannya. Pendidikan utama dan pertama yang diperoleh anak adalah pendidikan keluarga.
Gilbert Highest  dalam Jalaluddin menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Fungsi dan peran orang tua dalam konteks ini bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Sebab sejak dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.
Latar belakang pendidikan agama di lingkungan keluarga lebih dominan dalam pembentukan prilaku keislaman pada anak, barangkali pendidikan agama yang diberikan di kelembagaan pendidikan dan kondisi masyarakat ikut berpengaruh dalam pembentukan prilaku keislamananak. Dengan demikian peran dan fungsi masyarakat dalam pembentukan jiwa prilaku keislaman akan sangat bergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma keagamaan itu sendiri terutama dalam membangun kesadaran beragama.
Berdasarkan berbagai uraian tersebut maka upaya yang paling efektif dalam membentuk prilaku keislamananak adalah melalui pendidikan keagamaan baik di sekolah, di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyelenggaraan sistim pendidikan yang mengarah pada pembentukan prilaku keislamantersebut perlu melibatkan peran serta seluruh komponen baik pendidik, kelembagaan pendidikan maupun organisasi sosial lainnya.






BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni menggambarkan sekaligus mengkaji kondisi riil obyek penelitian berdasarkan data-data otentik yang dikumpulkan. sebagaimana Husaini Usman (1995:81) menegaskan pula bahwa Penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut prespektif peneliti sendiri. Pendapat itu didukung oleh Moleong (2000:3) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deksriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku serta keadaan yang dapat diamati.
Berdasarkan prespektif diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data atau informasi obyektif di lapangan penelitian (Field research) menyangkut prilaku keislaman pelajar di SDN 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana  untuk kemudian dianalisis secara deskriptif.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
a.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana. Pemilihan lokasi ini didasari pertimbangan bahwa sekolah ini cukup representatif dan memiliki relevansi spesifik bagi kepentingan penelitian. 
b.      Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan  pengolahan data dan perampungan skripsi sampai dengan bulan Juni 2012.

C.    Sumber data dan Tehnik Penentuan Informan
a.      Sumber Data
Sumber data mencakup keseluruhan aspek pada populasi yang ada dan berhubungan dengan obyek penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (2000) bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.  Berdasarkan pemikiran itu maka jenis data penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1.         Data primer atau data utama diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan infoman tambahan.
2.      Data skunder atau data pendukung diperoleh dari hasil observasi lapangan, bahan dokumen sekolah dan bahan-bahan atau referensi kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian


b.      Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, bila populasi dan sampelnya sangat sulit untuk ditentukan, alternatif penggantinya adalah penggunaan istilah Informan penelitian atau sumber data dari seseorang atau beberapa orang yang dianggap representatif bagi kepentingan data penelitian. Sebagaimana menurut Sanafiah Faisal (2001:25) bahwa: …..bila sampel belum dapat ditentukan secara utuh karena satu dan lain hal maka teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode  Snowball sampling, atau dengan kata lain peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian dari informan kunci tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang realistis.
Mengacu pada pemikiran tersebut, dalam penelitian ini tahapan awal yang dilakukan adalah menentukan informan kunci penelitian yakni Pimpinan sekolah. Dari informan kunci diperoleh informasi informan-informan pendukung dari seluruh komponen yang berperan dalam dewan guru. Data mengenai informan ini akan diakumulasi dalam daftar Informan beserta hasil wawancara.
D.    Metode Pengumpulan Data
Tekhnik yang dugunakan dalam upaya pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.    Teknik Pengamatan langsung (Observasi), yakni peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa obyek penelitian terutama menyangkut prilaku keislaman siswa serta perkembangan pengetahuannya tentang keislaman siswa. Pengamatan juga dilakukan pada obyek pendukung antara lain keadaan sarana prasarana sekolah, keadaan dan siswa, pelaksanaan kurikulum serta keadaan umum sekolah.
2.    Teknik wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab dan diskusi langsung pada beberapa informan mengenai obyek penelitian. Acuan mengenai pokok-pokok wawancara disusun, disesuaikan dan dikembangkan oleh peneliti sesuai kebutuhan.
E.     Tekhnik Analisis Data
Pengolahan data merupakan proses akhir dari penelitian yang dilakukan. Prosedur pengolahan data idealnya tidak kaku dan senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian. Beberapa ahli mengemukakan proses pengolahan data kualitatif dengan cara yang berbeda. Sebagai bahan acuan, peneliti menerapkan proses pengolahan data menurut Sanafiah Faisal (2001) yaitu setelah seluruh data terkumpul maka proses pengolahannya dapat dilakukan secara kualitatif melalui pengecekan Reduksi data, display data dan verifikasi data. Lebih lengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.         Reduksi Data yaitu semua data di lapangan akan dianalisis sekaligus dirangkumkan dipilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting
2.         Display Data yakni teknik yang dilakukan oleh peneliti agar data yang diperoleh banyaknya jumlah dapat dikuasai dengan dipilih secara fisik membuat display merupakan dari analisis pengambilan kesimpulan
3.         Vertifikasi Data yakni teknis analisis data yang dilakukan dalam rangka mencari makna data yang dianggap masih kurang







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.      Prilaku Keislaman Murid dalam Belajar di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana

Prilaku  Keagamaan yang dilakukan murid di  Sekolah Dasar yang berkaitan dengan, merupakan suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat artinya bahwa segala bentuk kegiatan setiap murid dimana memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Kegiatan tersebut tidak menutup kemungkinan adalah kegiatan yang berhubungan dengan pribadi peserta melainkan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang senantiasa dilakukan oleh setiap murid di  lingkungan sekolah. Untuk lebih jelasnya aktifitas yang dimaksud meliputi kegiatan di luar sekolah dan di dalam sekolah. Kegiatan yang diluar sekolah sebagaimana yang dijelaskan oleh guru bahwa :
Dalam sekolah maka prilaku murid kadang kala muncul baik yang disengaja ataupun prilaku yang tidak disengaja dilakukan oleh murid itu tersendiri, namun kali kita kaji lebih dalam maka sebagai guru kita dapat memilihat bagaimana prilaku murid yang Islamik ketika dalam sekolah, (M. Astar, Guru, Wawancara 12 April 2012)
Penjelasan informan di atas maka dapat diuraikan bahwa prilaku murid yang bercir Islam yaitu suatu sikpa murid ketika berada dilingkungan sekolah dimana dari segal tindakannya senantiasa bernuansa hidup yang Islami, selanjutnya secara spesifik mengenai prilaku keIslaman murid dijelaskan pula bahwa:
Sebagai seorang guru dalam sekolah maka buka hal yang tabu lagi mengenai murid karena kami disini senantiasa berhadapan langsung dengan murid sehingga prilaku mereka kami sangat mengetahui, misalnya antara beberap prilaku tersebut maka yang sennatiasa muncul adalah masalah kejujuran murid, sedekah, itu merupakan prilaku yang sering kita lihat dimana dialami atau dilakukan oleh murid khusunya di SDN 1 Pongkalaero. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara 25 April 2012.)
Dari penjelasan informan di atas maka penulis mengeraikan bahwa dalam suasana bealjar yang terjadi di sekolah maka terdapat prilaku murid yang senatiasa muncul pada murid dimana diantara adalah prilaku murid yang senantiasa jujur, dan juga rasa saling member atau sedekah . selanjutnya dalam konspsi yang searah maka dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa:
Prilaku keIslaman murid yang senantiasa diterapkan disekolah yatu kami memnerapkan beberapa jenis kegiatan yang bernuansa Islam dimana diantaranya yaitu melakukan baca Al-Qur’an pada setiap hari jum’at, perayaan hari-hari besar Islam serta pesantern kilat. (Ernawati, Guru, Wawancara: Maret 2012)
Menurut penjelasan inforaman di atas dimana mengenai prilaku keIslaman murid di SDN 1 pongkalaero maka dapat sebutkan bahwa pihak sekolah senantiasa menerapakan berbagai aturan dimana dapat mengikat murid untuk ditaati yang antrara lain dengan menyelenggarakan berbagai jenis kegiatan yang  bernuansa Islam seperti kewajiban bagi murid untuk melakakukan pengeajian pada setiap pagi dihari jum’at, dengan kegiatan tesebut maka akan memberikan dampak yang potisitf terhadap murid baik dalam ealjar ataupun sebagai kegiatan ekstra kurikuler dengan meberikan program baca Al-Qur’an pada murid. Disamping itu juga untuk melestariakn segal bentuk sikap ada pada diri seorang murid maka pihak sekolah senantiasa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa isla seperti pelaksanaan mauled dan juga dengan menyelenggarakan kegiatan shalt zuhur bagi kelas 4 hingga 6 karena kelas tersebut memiliki jam pulang yang relativ lama dibanding dengan kelas-kelas yang lain. Berdasarkan dair uraian serta hasil wawancara terhadap beberpa informan di lokasi penelitian maka dapat disimpulkan bahwa prilaku keIslaman yang dimiliki murid SDN 1 pongkalaero dapat berupa kegiatan seperti kegiatan membaca Al-Qur’an, sedekah, bersikap jujur, perayaan hari-hari besar Islam serta melaksanakan shalat zuhur, pesantren kilat. Untuk lebih jelasnya mengenai uraian dari beberai indicator prilaku keIslaman murid maka penulis menguraikan sebagai berikut:
1.    Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an pada hakikatnya merupakan tindakan atau prilaku yang terpuji baukan saja dimata manusia melainkan juga disisi sang Khalik itu tersendiri karena dengan membaca Al-Qur’an maka tersirat dengan memuja sekaligus meuji sang pencipta, bertolak dari itu dalam proses penelitian yang dilakukan penulis dengan menggunakan wawan cara terhadap beberapa guru di SDN 1 Pongkalaero mengenai prilaku murid dalam membaca Al-Qur’an dijelaksan bahwa:
Membaca Al-Qur’an merupakan kegiatan yang senantiasa terlihat pada murid di sekolah ini dimana kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk implementasi nilai-nilai Islam kepada murid sejak dini karena apabila kegiatan tersebut kurang di terapkan ketika anak  masih kecil maka kelak ia dewasa maka orang tua ataupun guru  akan mengalami hambatan dalam penanaman sendi-sendi keIslaman tersebut sehingga berimbas pada pengkaburan ataupun pembodohan terhadap generasi mendatang. (Sirajuddin, Guru, Wawancara: 12 Maret 2012.)
Kegiatan membaca Al-Qur’an merupaka salah satu jenis rutinitas dari SDN 1 Pongkalaero dimana kegiatan tersbeut dilakukan pada setiap hari Jum’at sebelum murid masuk kelas. Searah dengan itu juga yang diutarakan oleh informan di atas bahwa kegiatan membaca Al-Qur’an sengaja diterapkan kepada murid agar mendidik peserta didik secara dini dalam hal penerapan sendi-sendi atau penerapan nilai-nilai keIslaman kepada murid karena kelak murid dewasa maka selain akan membawa efek yang negative terhadap pengetahuan agama Islam murid maka juga dapat mengurangi nilai pelestarian budaya Islam kepada generasi penerus. Selanjunya dari pernyataan guru kelas mengenai hal yang serupa dijelaskan bahwa:
Disamping dari rutinitas sekolah ini mengenai membaca Al-Qur’an maka juga dalam sebuah kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam ditekankan pada pembentukan prilaku murid yang diawali dengan kebiasan peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. (M. Astar, Guru, Wawancara: 23 Maret 2012)
Penjelasan informan di atas maka disimpulkan bahwa disamping dari ritinitas lembaga pendidikan dalam membaca Al-Qur’an maka juga ditekankan mengenai prntingnya membaca Al-Qur’an dalam sub mata pelajaran pendidikan agama Islam sehingga dengan itu menjadi pedoman yang paten dalam pembentukan prilaku murid yang lebih Islam.
2.    Bersikap Jujur
Prilaku jujur pada hakikatnya adalah berkata sesuai dengan apa adanya tanpa melebih-lebihkan atau dengan kata lain jujur di artikan sebagai tindakan suatu individu yang tidak bertentangan dengan norma ataupun pranata sosial yang berlaku. Senada dengan itu dijelaskan oleh informan sebagai berikut:
Kami sering di nasehati oleh guru bahwa kalu dalam kehidupan sehari-hari itu harus bersikap jujur kepada siapapu karena dengan itu maka kita akan disuka sama orang lain (Muh. Afadal, Murid, Wawancara: 23 April 2012)
Selanjutnya dalan pernyataan yang senada dijelaskan oleh murid lain bahwa Kalu kita terbiasa jujur maka kita akan selalu disayang sama orang lain, ini juga kami sering diberitahu sama guru di sekolah (Wulan, Murid, Wawancara: 23 April 2012)
Dari penjelasan di atas mengenai prilaku murid dalam tingkat kejujuran dapat disimpulkan bahwa diantara beberapa murid dalam hal kejujuran mereka senantiasa bersikap jujur dalam kehidupan sehari-harinya dan hal tersebut selain dari alasan menngenai pentingnya kejujuran maka pehak lembaga pendidikan dalam hal ini guru senantiasa menasehati sekaligus membimbing murid untuk berprilaku jujur. Disamping dari berbagai informasi tentang prilaku jujur murid maka dijelaskan bahwa:
Disamping dari bimbingan guru dalam hal memberikan bekal kepada murid tentang prilaku yang bercorak pada sendi-sendi keIslaman maka prilaku murid yang lain juga muncul seperti murid cukup antusias dalam kegiatan-kegian hari-hari besar Islam seperti maulid dan pesantren kilat. (M. Astar , Guru, Wawancara, 16 April 2012)
Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam di SD Negeri 1 Pongkalaero dilaksanakan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta mengamalkan ajaran / tuntutan Rasulullah SAW. Meskipun dalam acara peringatan hari besar agama Islam tersebut materi tidak terbatas pada masalah ibadah shalat saja, dapat membantu terbentuknya kepribadaian murid yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Faktor pendukungnya adalah adanya sarana dan prasarana yang memadai.
B.  Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Keislaman Murid di SD Negeri 1 Poangkalaero Kecamatan Kabaena Selatan Kabupaten Bombana

Suatu sikap seorang anak didik meruapakan masalha yang ada di dalam diri anak tersebut artinya bahwa apabila seorang anak memiliki prilaku yang baik maka prilaku yang dilahirkan tersebut merupakan ceriman terhadap apa yang di dalam hatinya. Jadi dengan prilaku seorang anak yang baik atau positif maka hal tersebut merupakan suatu imajinasi yang lahir darinya sendri. Namun jika kita lihat dari kondisi kehidupan masa kini bukan hal yang tabu lagi mengenai anak yang dimana jika dilihat kasat mata dapat dikategorikan sebagai anak yang baik  akan tetapi mempunyai prilaku yang kurang baik hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa akibat yang mana factor tersebut di akibatkan dari lingkungan dimana anak tersebut berada, karena pada porsinya perkembangan anak sangat dipengarugi oleh lingkungannya. Dengan perimbangan kajian tersebut maka dalam proses penelitian penulis menngenai faktror yang mempengaruhi prilaku keIslam murid khusunya di SDN 1 Pongkalaero dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yang akan di uraikan sebagai berikut:
1.    Lingkugan Keluarga
Peran serta keluarga dalam pembentukan prilaku anak jika dibandingkan dengan lingkungan lainnya seperti sekolah ataupun lingkungan masyarakat maka lingkungan keluargalah yang menempatkan posisi yang tertinggi karena lingungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana anak didik memperoleh pendidikan. Keluarga adalh wadah dimana orang tua disamping memberikan pendidikan diberikan pula curahan kasih saying sehingga prilaku seorang anak sangat rentan dengan kondisi keluarganya. Mengenai factor tersebut dijelaskan oleh informan bahwa:
Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak didik artinya bahwa prilaku yang diperoleh seorang anak meruapakan karakter dalam keluarganya seperti anak yang manja, malas, pintar dan lain-lain maka semua tiu adalh factor keluarga yang mempengaruhinya. (Safaruddin, Guru: Wawancara 26 April 2012)
Pernyataan informan di atas dapat diuraikan bahwa prilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga karena dengan lingkungan tersebut maka seorang mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama sehingga sangant rentan jika di kaitkan dengan prilaku seorang anak, misalnya seorang yang baik dapat disimpulakan bahwa dia berasal dari kelaurga baik pula begitu pula sebaliknya jiak seorang anak yang berprilaku buruk maka boleh jadi dia berasal dari keluarga yang tidak memberikan teladan yang baik kepada anaknya. Selanjutnya menurut informan berikut bahwa:  
Lingkungan keluarga sangat mepengaruhi prilaku anak apa lagi menyangkut prilaku keIslaman karena tidak mungkin seorang anak berprilaku Islam sedangkan orang tua atau keluarganya non muslim, jadi disni, saya katakana bahwa seorang anak yang berprilaku Islam merupan suatu upaya yang di tanamkan orang tua kepada anaknya agar anak didik tersebut berprilaku Islam pula. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara, 26 April 2012.)
Berdasarkan dari beberapa penjelasan informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa factor yang mempengeruhi prilaku keIslam murid atau anak salah satunya adalah lingan keluarga karena keluarga merupakan tumpuan utama bagi seorang anak terkhusus lagi mengenai prilaku keislaman seorang anak, atau dengan konteks lain bahwa peran serta kelaurga merupakan pilar utama dalam membangun prilaku atau watak seorang anak didik dalam pertumbuhannya. Pada hakikatnya anak adalah tanggung jawab orang tua baik dari segi pendidikannya ataupun dari segi tanggung jawab lain seperi memberikan nafkah kepada anak. Oleh karena mengingat betapa banyaknya tanggung jawab orang tua terhadap anak maka salah satunya adalah tanggung jawab dalam hal memberikan pendidikan dalam artian pendidikan dalam keluarga karena pendidikan keluarga adalah tempat diamana anak pertama diperkenalkan menyangkut prilaku Islami oleh karena itu orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak tidak hanya sebatas menafkahi ataupun menfasilitasi dalam belajar akan tetapi banyak hal yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak begitu juga halnya mengenai persoalan pembentukan prilaku   orang tua harus memberikan yang tebaik kepada anak agar anak berkembang searah dengan amanah orang tua. Oleh karena iu dalam upaya untuk menciptakan prilaku Islam pada anak harus berperanan sebagai berikut:
a.    Sebagai pembimbing
      Pada hakikatnya Peranan oran tua dalam hal pendidikan anak tidak terlepas dari pemberian bimbingan dan motivasi karena itu bimbingan dan motivasi dalam upaya untuk meningkatkan prilaku  pada anak di SD 1 Pongkalaero maka dinyatakan oleh orang tua anak bahwa:
Dalam pendidikan anak terutama masalah prilaku  maka saya selalu memberikan bimbingan langsung kepada anak, karena saya melihat sekarang banyak anak sudah kurang baik sikapnya oleh saya harus berupaya dalam membimbing anak agar tetap mempunyai prilaku yang senantiasa berniali Islam.(Arman, Orang tua Murid, Wawancara: 12 April 2012)
Dari keterangan informan di atas maka dapat dijelaskan bahwa Peranan bimbingan dalam mengarahkan anak agar berprilaku yang bernilai Islam adalah satu upaya yang harus dilakukan oleh orang tua karena orang adalah  yang paling bertanggung jawab dalam hal pendidikan anak, begitu pula dengan hubungannya dengan pembentukan prilaku maka orang tua harus selalu memberikan bimbingan kepada anak agar mampu mengamalkan prilaku Islam sejak dini. Selanjutnya mengenai pemberi bimbingan kepada anak diunggapkan informan bahwa;
Salaku orang tua maka saya tidak lepas dari pemberian bimbingan kepada anak apalagi mengenai prilaku anak karena tugas orang tua tidak sebatas manasehati melainkan juga mengarahkan anak untuk belajar tantang agama Islam dalam hal ini memberikan bimbingan (Firman, orang tua murid, Wawancara: 12 April 2012)
Dari penjelasan informan diatas maka dapat dismpulkan bahwa Peranan orang tua dalam keluarga adalah bukanhanya sebatas sebagai pemberi nasehat kepada anak akan tetapi juga  Peranan orang tua adalah juga dibarengi denga pemberian bimbingan kepada anak dalam hal penerapan prilaku Islam agar labih terarah.


b.   Sebagai  Motivator
Pada dasar motivasi adalah suatu reaksi yang lahir dari pribadi seorang dimana yang menyebebkan adanya reaksi adalah lingkungan dan faktor dari dalam diri individu tersebut, dengan motivasi juga maka anak akan mudah dan berminat untuk mengetahui tentang prilaku Islam, hal serupa diungkapkan oleh informan dibawah ini  bahwa:
Salah satu yang menyebabkan anak tidak berminat dalam mengamalkan nilai-nilia Islam adalah kurangnya motivasi baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungan sekitarnya dalam hal ini keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak  sehingga anak tidak mau atau tidak memahami tentang prilaku Islam jadi orang tua harus betul-betul serius dalam mendidik anak agar anak termotivasi untuk mengamalkan prilaku Islam (Halim, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Selanjutnya dari pernyataan informan lain juga mengatakan bahwa:
Meskipun pendidikan saya boleh dikatakan masih kurang, namun hal seperti ini saya tidak mau dialami juga kepada anak-anak saya, oleh karena itu saya selalu berupaya memberikan motivasi kepada anak agar senantiasa berprilau yang baik. (Ernawati, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Selanjutnya menurut informan  lain juga mengunggapakan bahwa:
Dalam usaha membentuk prilaku Islam pada anak saya maka saya selalu memotivasi agar dia selalu berusaha untuk bersikap, adapun bentuk motivasi yang saya lakukan kepada anak bukan hanya sebatas mengajarnya, akan tetapi saya selalu memberikan membimbing dan memberikan teladan. (Hapsa, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Dari pernyataan informan diatas juga dapat uraikan bahwa dalam upaya orang tua untuk menanamkan pengetahuan mengenai prilaku keIslaman kepada anak maka harus berperanan sebagai orang yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi agar senantiasa berprilaku yang baik. Dari beberapa Peranan orang tua yang telah dipaparkan sebelumnya adalah tugas dan  tangung jawab orang tua dalam membentuk prilaku keIslaman anak  merupakan hal yang urgen karena orang tua paling mengetahui bagaimana karakter anak sehingga dalam memberikan bimbingan atau motivasi kepada anak dia sudah cukup tahu dan disamping itu juga dalam Peranan orang tua harus dapat menampilkan yang terbaik kepada anak sehingga anak dapat menjadikan orang tua sebagai suri teladan dalam hidupnya sehingga apa yang menjadi amanat orang tua dapat dikerjakan oleh anak dan selain itu juga dalam proses pendidikan anak seperti penanaman prilaku keIslaman anak maka orang tua harus selalu mengawasi prilaku anak agar sesuai dengan harapan orang  dalam mendidik dan membesarkan anak.
c.     Sebagai Pengawas Bagi Anak
            Peranan orang tua dalam penanaman prilaku keIslaman anak tidak telepas hanya sebatas menjadi teladan bagi anak atau hanya menampilkan tingkal laku yang diharapkan orang tua kepada anak malainkan juga orang tua harus dapat memberikan pengawasan kepada anak karena anak bukan hanya tinggal bersama orang tua dirumah malainkan juga berinteraksi dengan ligkungan yang lain seperti sekolah dan lingkungan masyarakat, jadi sangat rentan mencerna prilaku yan tidak diharapkan orang tua atau prilaku yang menyimpang, oleh karena itu orang tua dalam hal mendidik anak  harus juga berperanan sebagai pengawas terhadap prilaku anak agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan. Sedangkan secara spesifik dalam upaya menanamkan prilaku keIslaman pada anak maka seharusnya juga orang tua selalu mengontrol sampai dimana tingkat tingkat pergaulan pada anak sehingga anak merasa terbimbing. Menurut salah seorang informan menyatakan bahwa:
Sebagai orang tua, meskipun saya bekerja jauh dari rumah  mungkin orang akan mengatakan saya tidak memberikan pengawasan atau kontrol kepada anak saya yang sedang belajar maka juga saya seirng mengawati agat tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan Islam. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara: 23 April 2012)
Dari pernyataan diatas maka dapat diartikan bahwa dalam upaya untuk menanamkan prialku keIslaman  pada anak dilakukan dengan seringnya orang tua memberikan pengawasan atau kontrol belajar anak, karena pada dasarnya pengawasan yang diberikan orang tua kepada anak merupakan upaya orang tua dalam menjalankan Peranannya sehingga anak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Pernyataan lain mengenai Peranan orang tua dalam memberikan pengawasan kepada anak diunggapakan oleh informan lain yang menyatakan bahwa:
Orang tua adalah sebagai pengawas terhadap anak dalam keluarga maka tugas saya bukan hanya sebatas memberikan nafkah kepada keluarga melainkan juga saya harus dapat mengontrol prilaku anak agar tidak melakukan tindakan yang keluar dari norma-norma yang berlaku dan patuh terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua. (Safarudiin, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Peranan orang tua dalam mengawas atau sebagai sosial kontrol terhadap prilaku anak adalah salah satu upaya yang terencana dari orang tua untuk mengarahkan, mengikat ataupun memaksa anak untuk tunduk dengan apa yang diketakan oleh orang tua, sedangkan dalam kaitanya dengan prilaku maka ketika orang tua selalu memberikan pengawasan kepada anak maka anak cenderung untuk mematuhi apa yang telah diarahkan oleh orang tua atau guru.
d.   Sebagai  Teladan Bagi Anak
            Dalam suatu keluarga orang tua adalah orang yang dapat memberikan yang terbaik kepada anak karena itu orang tua harus dapat menjadi pedoman bagi anak, dan bilamana orang tua tidak dapat menjadi teladan atau contoh bagi anak bisa saja anak tidak akan termotivasi untuk melakukan apa yang menjadi arahan orang tua kepada anak, begitu pula halnya dalam prilaku keIslaman pada anak apabila orang tidak pernah berprilaku maka begitu pula halnnya dengan anak karena pada umumnya anak cenderung selalu meniru kepada siapa saja yang manjadi idolanya dalam hal ini adalah orang tua. Searah dengan uraian diatas maka dinyatakan oleh informan bahwa:
Orang tua adalah tokoh yang selalu menjadi panutan bagi anak dan sebagian besar apa yang dilakukan orang tua dapat ditiru oleh anak karena itu orang tua harus dapat menjadi teladan yang baik bagi anak, sehingga apa yang dilakukan anak tidak mendapat tanggapan negativ dalam lingkungan masyarakat. (Guflin, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
            Dari penyataan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua harus menjadi suri teladan yang baik, karena sesungguhnya segala tindakan orang tua akan ditiru oleh anak tampa memperhatikan apakah tindakan tesebut salah atau benar. Sedangkan apabila dikaitkan dengan prilaku maka orang tua idealnya harus dapat membimbing langsung anak karena katika anak diajar langsung dari orang tua maka anak akan cepat dan berminat. Disamping anak merasa dekat dengan orang tua maka juga karena orang tua lebih mengenal karakter anak dibanding dengan orang lain. Dari uraian tersebut juga diunggapkan oleh informan bahwa :
Sebagai orang tua maka saya selalu menampilkan yang tebaik bagi anak karena harapan saya kepada anak adalah ingin agar anak dapat beprilaku yang baik pula, jadi saya selalu memberikan dia bimbingan dan motivasi. (Sinar, Orang tua murid, Wawancara: 12 April 2012)
            Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa Peranan orang tua dalam meningkatkan prilaku keIslaman anak disamping selalu memberikan motivasi juga dapat dilakukan orang tua dengan sering mengajak anak untuk bersama-sama karena ketika orang tua mengajak anak untuk itu maka anak akan selalu mengikuti apa yang rutin dilakukan orang tua.
2.    Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarat pada dasarny merupakan suatu lingkungan yang meberikan efek terhadap perubahan struktur social ataupun pranata dalam setiap peradaban umat manusia, dengan kata lain bahwa lingkungan masyarakat pada dasarnya merupakan temapat dimana suatu individu memperoleh pendidikan dan juga sebaliknya bahwa lingkungan masyarakat memberikan dampak yang negative terhadap intaksi suatu individu, hal ini tidak terkecuali pada pola prilaku indivudu karan individu tersebut merupakan salah satu dari bagian lingan masyarakat tersebdiri sehingga sangat rentan berdampat terhadap individu yang bersangkutan. Searah dengan itu dalam penulisan ini maka yang menjadi titik focus adalah masalah prilaku murid atau anak didik dimana ketika berada dilingkungan lembaga pendidikan maka akan menjadi murid atau peserta didik sedangakn dari berlaik itu maka posisi peserta didik anak menjadi anak ketika berada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam kontek penerapan prilaku keIslam murid atau anak maka lingkungan masyarakat mempengaruhi hal tersebut dimana yang ungkapkan informan bahwa:
Lingkungan masyarakat memberikan pengaruh terhadap prilaku keIslaman seorang anak atau peserta didik, karena kalu kita lihat dari segi waktu maka anak didik memiliki banyak waktu untuk berinteraksi diluar lingkungan masyarakat sehingga cenderung memberikan dampak terhadap prilakunya. (M. Satar, Guru, Wawancara: 12 April 2012)
Penjelasan informan di atas dapat diuraikan bahwa lingkungan masyarakat memberian pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan prilaku seorang anak karena dengan itu maka seirang anak banyak memiliki waktu dibanding dengan lingkungan yang lainnya seperti keluarga dan sekolah, searah dengan pernyataan di atas dijelaskan pula bahwa :
Lingkungan masyarakat merupakan suatu lingkungan pendidikan dimana seorang anak dapat mencerna apa yang dilihatnya di masyarakat artinya bahwa bersar kemungkinan prilaku seorang anak diperngaruhi karena lingkungannya. (Arfan, Kepala Sekolah, Wawancara: 14 April 2012.)
Uraian penjelasan informan di atas adalah pola prilaku seornag anak didik ketika berada di lingkungan masyarakt akan bersar pengaruhnya terhadap seorang anak didik karena disana pola atau prilaku sangat kompleks dan apabila peran serta lambaga pendidikan ada kelaurga kurang berfungsi maka akan menjerumuskan anak ataupun perserta didik ke jaln yang tidak benar dalam artian seorang anak mengikuti atau mencerna prilaku yang tidak bernaung pada sendi-sendi kehidupan yang Islam sehinga sangat ditekan fungsi social control dari orang tua dan lembaga pendidikan untuk membendung sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada peserta didik atau anak.
Dari beberapa penjelasan informan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat memberikan dampak yang potitif terhadap prilaku keIslaman anak didik karena ketika anak didik berinteraksi kepada lingkungan masyarakat maka kecenderungan untuk mengikuti pola hidup atau prilaku yang ada di masyarakat akan tercerna kapada anak didik, sebaliknya juga nilai-nilai prilaku yang di cerna anak didik tersebut mengarah pada pertentangan norma sosial yang berlaku maka akan mengarah pada tindakan negative atau prilaku menyimpang yang tidak terkecuali pada prilaku keIslaman.
3.      Lingkungan sekolah/ Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan tempat dimana seorang anak memperoleh pengetahuan, keterampilan atau pun tingkah laku. Dalam kontek tingkah laku yang seharusnya di tekankan pada lembaga pendidikan sekarang tidak mencerminkan dinamika lembaga pendidikan tersebut sebagaimana tuntutan lembaga pendidikan yang memperjuangkan tiga ranah yang seyogyanya di peroleh perserta didik dalam lembaga pendidikan. Kondisi yang terlihat sekarang yaitu pengetahuan menjadi focus utama dalam penerapan pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam konversi ini yang dikitkan dengan prilaku keIslaman murid di ungkapkan bahwa:
Seharusnya lembaga pendidikan disamping mengutakan pengetahuan kepada murid maka hal yang mendasar juga yang sangat urgen untuk di terapkan adalah keterampilan dan prilaku murid karena ini akan menjadi bekal yang berharga bagi murid kelak menyelesaikan studinya. (Wanda, Orang tua murid, Wawancara: 16 April 2012)
Dari penjelasan di atas diuraikan bahwa penerapan prilaku keIslaman pada murid yang diperoleh di lembaga pendidikan seharusnya menjadi focus utama dalam proses pembelajan bukan saja dari segi pengetahuan murid terhadap pelajaran melainkan penekan pada penerapan prilaku murid agar memiliki keterampilan dan prilaku sebagai bekal utama ketika telah menyelesaikan pendidikannya dalam suatu lembaga pendidikan. Lanjut dari hal itu dijelaskan pula bahwa :
Lembaga pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan prilaku keIslaman pada peserta didik karena dengan itu maka murid akan memperoleh wawasan tentang bagaimana prilaku yang baik sehingga tidak salah arah, karena itu bagi guru harus mengutamakan dalam pembentukan karakter untuk mengenali diri pribadi murid sehingga terhindar dari prilaku yang menyimpang.( Sirajuddin, Guru, Wawancara: 18 April 2012)
Dari beberapa penjelasan yang diungkapkan beberapa informan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lemabaga pendidikan merupakan salah satu dari organ pranata social yang dapat membentuk prilaku keIslam murid, dengan kata lain bahwa hadirnya lembaga pendidikan akan memberikan dampak positif terhadap pembentukan prilaku keIslaman karan disamping sebagai penunjang pengetahuan murid terhadap pola hidup maka juga telah menerapkan nilai-nilai prilaku keIslaman melalui kurikulum pendidikan seperti pada pendidikan agama Islam yang pada fokusnya adalah menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada murid sebagai literatur hidup baik dalam keluarga, lembaga pendididikan  dan masyarakat. Dan ini jika dilihat dari penerapan prilaku keislaman tersebut maka menjadi factor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku keislaman murid 







BAB VI
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya tentang prilaku keislaman siswa di SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan dapat ditarik beberapa  kesimpulan bahwa prilaku keislaman siswa SD Negeri 1 Pongkalaero dapat berbentuk tindakan yang searah dengan penekanan nilai-nilai keislaman seperti, Membaca Al-Qur’an, Sedekah, Bersikap Jujur dan perayaan hari-hari besar agama islam. Prilaku tersebut senantiasa diarahkan oleh guru guna penerapan prilaku positif sjak dini bagi siswa, dengan prilaku keislaman murid tersebut maka faktor yang mempengaruhi prilaku tersebut yaitu kondisi lingkungan dimana siswa tersebut berada, artinya bahwa prilaku seorang anak didik dapat berubah karena lingkunganya apakah hal tersebut bersifat positif atau negative. Adapun yang menentukan yaitu lingkungan kelauarga, sekolah dan masyarakat
B.     Saran-Saran
a.       Disarankan kepada setiap  guru khususnya di SD Negeri 1 Pongkalaero agar senantiasa memberikan binaan serta bimbingan kepada siswa untuk senantiasa berprilaku yang searah dengan konteks dalam kehidupan Islam
b.      Bagi lembaga pendidikan lainnya, bahwa SD Negeri 1 Pongkalaero Kecamatan Kabaena Selatan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan rujukan dalam upaya mewujudkan penciptaan suasana religius di sekolah.
c.       Disarankan kepada orang tua untuk senantisa melakukan pengontrolan terhadap prilaku seorang anak agar terhindar dari tindakan yang bertentang dengan norma sosial untuk pencitraan kelaurga dan pribadi siswa yang bersangkutan

sp;&��;n���ؓ�; Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan  pengolahan data dan perampungan skripsi sampai dengan bulan Juni 2012.

C.    Sumber data dan Tehnik Penentuan Informan
a.      Sumber Data
Sumber data mencakup keseluruhan aspek pada populasi yang ada dan berhubungan dengan obyek penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (2000) bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.  Berdasarkan pemikiran itu maka jenis data penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:
1.         Data primer atau data utama diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan infoman tambahan.
2.      Data skunder atau data pendukung diperoleh dari hasil observasi lapangan, bahan dokumen sekolah dan bahan-bahan atau referensi kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian


b.      Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif, bila populasi dan sampelnya sangat sulit untuk ditentukan, alternatif penggantinya adalah penggunaan istilah Informan penelitian atau sumber data dari seseorang atau beberapa orang yang dianggap representatif bagi kepentingan data penelitian. Sebagaimana menurut Sanafiah Faisal (2001:25) bahwa: …..bila sampel belum dapat ditentukan secara utuh karena satu dan lain hal maka teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode  Snowball sampling, atau dengan kata lain peneliti menentukan satu atau lebih informan kunci kemudian dari informan kunci tersebut dapat diperoleh data-data informan tambahan lainnya sesuai dengan kebutuhan penelitian atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang realistis.
Mengacu pada pemikiran tersebut, dalam penelitian ini tahapan awal yang dilakukan adalah menentukan informan kunci penelitian yakni Pimpinan sekolah. Dari informan kunci diperoleh informasi informan-informan pendukung dari seluruh komponen yang berperan dalam dewan guru. Data mengenai informan ini akan diakumulasi dalam daftar Informan beserta hasil wawancara.
D.    Metode Pengumpulan Data
Tekhnik yang dugunakan dalam upaya pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.    Teknik Pengamatan langsung (Observasi), yakni peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa obyek penelitian terutama menyangkut prilaku keislaman siswa serta perkembangan pengetahuannya tentang keislaman siswa. Pengamatan juga dilakukan pada obyek pendukung antara lain keadaan sarana prasarana sekolah, keadaan dan siswa, pelaksanaan kurikulum serta keadaan umum sekolah.
2.    Teknik wawancara (interview), yakni melakukan tanya jawab dan diskusi langsung pada beberapa informan mengenai obyek penelitian. Acuan mengenai pokok-pokok wawancara disusun, disesuaikan dan dikembangkan oleh peneliti sesuai kebutuhan.
E.     Tekhnik Analisis Data
Pengolahan data merupakan proses akhir dari penelitian yang dilakukan. Prosedur pengolahan data idealnya tidak kaku dan senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian. Beberapa ahli mengemukakan proses pengolahan data kualitatif dengan cara yang berbeda. Sebagai bahan acuan, peneliti menerapkan proses pengolahan data menurut Sanafiah Faisal (2001) yaitu setelah seluruh data terkumpul maka proses pengolahannya dapat dilakukan secara kualitatif melalui pengecekan Reduksi data, display data dan verifikasi data. Lebih lengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.         Reduksi Data yaitu semua data di lapangan akan dianalisis sekaligus dirangkumkan dipilih hal-hal yang pokok dan difokuskan pada hal-hal yang penting
2.         Display Data yakni teknik yang dilakukan oleh peneliti agar data yang diperoleh banyaknya jumlah dapat dikuasai dengan dipilih secara fisik membuat display merupakan dari analisis pengambilan kesimpulan
3.         Vertifikasi Data yakni teknis analisis data yang dilakukan dalam rangka mencari makna data yang dianggap masih kurang



DAFTAR PUSTAKA
 Ahmadi, Abu (1991) Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta,
 Anwar, Syaifuddin, (1998) Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Jakarta: Rajawali Press.
 Albanese, Robert (1981) Managing Towart Accountability for Performance, Illionis: Richard D. Irwin. Inc., Third Edition.
 Darajad, Zakiah, (1996) Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, :  Bulan Bintang.
 Depdiknas, (2006) Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif, Jakarta: Direktorat jendral Pendidikan Dasar & Menengah.
 Edward A. Shile danTalcott Pearson, (1962) Toward a General Theory of Action: Theorical Foundations for the Social Sciences, (New York: Harper & Row.
 Faisal,Sanafiah (2001), Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Erlangga

Gary A. Yulk dan Kennet N Wexley, (1988) Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Terj. Moh. Sobarudin, (Jakarta: PT. Dina Aksara.
 Hassin dan Brehm, (1990) Social Psycology, Boston: Houghton Miffin.
 Herbert A. Simon, (1997) Administrative Behavior, New York: The Free Press.
 Koentjoraningrat, (1996) Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.
 -------------, (1974) Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: PT. Gramedia.
 Langgulung, Hasan, (1989) Manusia dan Pendidikan, Pustaka, Jakarta, Pustaka Husna.
 Mary Coulter dan Stephen P. Robbins, (2003) Management, New Jersey: Princetice-Hall. Inc.
 Moleong j Lexy, (2000) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata, Abudin (2002) Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
 Nurhadi, dkk.(2004) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning/CTL) dan penerapannyadalam KBK( Malang: Universitas Negeri Malang.
 Robbins, Stephen P. (1986) Organisasional Behavior: Conceps, Controverses, and Application, (New Jersey: Third Edition: Englewood Clift Prentice-Hall.
 Suparman Eaman, Menejemen pendidikan masa depan. Pusat statistic pendidikan. http:// WWW. Duniaguru. Com/ index. Php?=com_content &task=View&I d=401 7Itemid=58/Rendahnya mutu pendidikan. , hal 1
 Soekanto, Soerjono (1990) Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo persada.
 Sanusi, Syafiudin, (1975) Masalah Kenakaln Remaja, Jakarta, : PT. Karya Nusantara.
 Thoha Miftah, (2001) Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindi Persada.
 Undang – Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen (2006) Bandung: CV. Nuansa Aulia.
 Usman Husaini, (1995) Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Biana Aksara.
 Tim Dosen IKIP Malang, (1981) Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya, :Usaha Nasional.



Lampiran 1 :  Pedoman Wawancara

1.      Bagaimana bentuk prilaku siswa di SDN 1 Pongkalaero
2.      Bagaimana bentuk prilaku keislaman siswa SDN 1 Pongkalaero
3.      Apakah faktor yang mempengaruhi lahirnya prilaku keislaman siswa di SD Negeri 1 Pongkalaero
4.      Bagaimana upaya yang dilakukan membentuk prilaku siswa yang islamik
5.      Bagaimana hambatan  yang dialami siswa dalam pembentukan prilaku siswa yang islamik


   
Lampiran 2 :  PANDUAN OBSERVASI
1.      Prilaku keislaman murid yang meliputi tindakan, sikap yang murid yang bercorak keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Peranan guru dalam pembentuk prilaku murid yang islami yang meliputi, aktivias guru atau lembaga pendidikan dalam penanaman prilaku keislaman pada murid
3.      Factor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku keislaman murid seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat







Lampiran 3 :  PANDUAN DOKUMNETASI

1.      Sejarah Perkembangan SD Negeri 1 Pongkalaero
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pongkalaero didirikan pada tahun 1964 Menurut informan bahwa:
SDN 1 Pongkalaero didirikan dengan maksud untuk memenuhi tuntutan lulusan Sekolah Dasar yang waktu itu makin hari makin besar jumlahnya khususnya di Kecamatan Kabaena (sekarang kecamatan Kabaena selatan). (Wirman: tokoh masyarakat: Wawancara 2 April 2012)
 Pada waktu itu tahun 1964 di Kecamatan Kabaena (sekarang Kecamatan Kabaena Selatan) belum terdapat sekolah. Dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 052/O/1964 tertanggal 18 Februari 1964. maka resmi berdirinya Sekolah Dasar Negeri 1 Pangkalaero. SD Negeri 1 Pongkalaero terletak di Kecamatan Kabaena Selatan yang mana lokasinya berada tidak jauh dari pemukiman masyarakat
  


2.       Keadaan Sarana dan Prasarana
No
Gedung serta Sarana dan prasarana pendidikan
Jumlah
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ruang Belajar
Kantor
Ruang Perpustakaan
Ruang Guru
Ruang Laboratorium IPA
Masjid/Mushalla
Lapangan Bola Volly
Lapangan Bulu tangkis
Lapangan Tenis Meja
Lapangan Takraw
Qasidah
7 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
12 buah
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Permanen
Baik
  



3.       Keadaan Guru dan Siswa
a)      Keadaan Guru
No
Latar belakang pendidikan
Jabatan
Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6
7
8.
Arfan
M.. Astar
Safaruddin, B.A
Surajuddin, A.Ma
Ernawati, A.Ma
Guflin, S.Pd.I
Hapsa
Abd. Halim, A.Ma
Kepala sekolah
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Kepala sekolah
Guru kelas
Guru PAI
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas

b)      Keadaan Siswa
No
Kelas
Jenis Kelamin
Total
Laki-laki
Perempuan
1
2
3
4
5
6
I
II
III
IV
V
VI
12
13
6
6
7
10
5
8
8
12
11
12

Jumlah
52
56










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari belajar bersama