Senin, 24 September 2012

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan


 

Dalam penjelasan sebelumnya, bahwa sikap keagamaan merupakanintegrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama sertatindak keagamaan seseorang. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruhlingkungan, namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan. MenurutSiti Partini, pembentukan sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh duafaktor yaitu:1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan menganalisis pengarahyang datang dari luar termasuk minat dan perhatian.2. Faktor eksternal, berupa faktor diluar induvidu yaitu pengaruh lingkunganyang diterima. 30Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yaitu: 1. Faktor interna) HereditasSebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw bersabda; yang artinya : “Tiap-tiap anak dilahirkan diatas Fitrah, maka ibu bapaknya-lah yangmendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nasrani danmajusi”.Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah (potensiberagama), hanya faktor lingkungan (orang tua) yang mempengaruhiperkembangan fitrah beragama anak. Dari sini, jiwa keagamaan anakberkaitan erat dengan hereditas (keturunan) yang bersumber dari orangtua, termasuk keturunan beragama. Faktor keturunan beragama inididasarkan atas pendapat ulama mesir Ali Fikri, dia berpendapat bahwakecenderungan nafsu itu berpindah dari orang tua secara turun-temurun.Oleh karena itu anak adalah merupakan rahasia dari orang tuanya.Manusia sejak awal perkembangannya berada di dalam garis keturunandari keagamaan orang tua.31b) Tingkat usiaSikap keagamaan anak akan mengalami perkembangan sejalandengan tingkat usia anak. Perkembangan tersebut dipengaruhi olehberbagai aspek kejiwaan termasuk kemampuan berpikir anak. Anakyang menginjak usia berpikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran agamanya, baikyang diterima disekolah maupun diluar sekolah.Meskipun tingkat usia bukan satu-satunya faktor penentu dalamperkembangan jiwa keagamaan anak. Yang jelas kenyataan ini dapatdilihat dari pemahaman anak pada pelajaran pendidikan agama islamberdasarkan tingkat usia anak.2. Faktor EksternManusia memiliki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagaimakhluk yang beragama. Potensi yang dimiliki manusia secara umumdisebut fitrah beragama atau hereditas. Sebagai potensi, maka perlu adanyapengaruh dari luar diri manusia, pengaruh tersebut berupa pemberianpendidikan (bimbingan, pengajaran, dan latihan). 32 Faktor ekstern yangberpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan adalah lingkungandimana individu itu hidup, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.a) Lingkungan KeluargaKeluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak,oleh karena itu peranan keluarga dalam menanamkan kesadaranberagama anak sangatlah dominan. Pengaruh orang tua terhadapperkembangan jiwa keagamaan anak dalam pandangan islam sudahlama disadari.


Salah seorang ahli psikologi, Hurlock berpendapat bahwakeluarga merupakan “Training Center” bagi penanaman nilai (termasuknilai-nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluargamempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untukmemperoleh pemahaman tentang nilai- nilai (tata karma, sopan santun,atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan ataumenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personalmaupun social kemasyarakatan.b) Lingkungan SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangmempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan,pengajaran, dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang sesuaidengan potensi secara optimal, baik menyangkut aspek fisik, psikis,(intelektual dan emosional), social, maupun moral-spiritual. MenurutSinggih D.Gunarsa, Sekolah mempunyai pengaruh dalam membantuperkembangan kepribadian anak. Pengaruh itu dapat dibagi menjaditiga yaitu:1) Kurikulum yang berisikan materi pengajaran.2) Adanya hubungan guru dan murid.3) Hubungan antar anak (pergaulan) sekolah.Dilihat dari kaitannya dengan jiwa keagamaan, tampaknyaketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab sikap keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yangluhur.
c) Lingkungan MasyarakatSetelah menginjak usia sekolah, sebagian besar waktu siswadihabiskan disekolah dan masyarakat. Dalam masyarakat, anakmelakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggotamasyarakat lainnya. Maka dari itu perkembangan jiwa keagamaan anaksangat bergantung pada kualitas perilaku atau akhlak warga masyarakatitu sendiri.33 Dalam upaya menanamkan sikap keagamaan pada anak,maka ke tiga lingkungan tersebut secara sinerji harus bekerja sama, danbahu membahu untuk menciptakan iklim, suasana lingkungan yangkondusif.Dengan demikian walaupun sikap keagamaan merupakanbawaan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan olehfaktor eksternal. Adapun sifat keagamaan pada anak usia sekolah dasaryang diperolehnya dari faktor internal dan eksternal menurut Jalaludindan Ramayulis sebagai berikut:a) Unreflective ( kurang mendalam atau tanpa kritik)Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehinggacukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas denganketerangan yang terkadang-kadang kurang masuk akal. Meskipun demikian ada beberapa anak yang memiliki ketajaman pikiran untukmenimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain.b) EgosentrisAnak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak pada tahunpertama dalam pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan denganpertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran itu mulai subur padadiri anak, maka akan tumbuh keraguan pada rasa egonya. Semakinbertumbuh semakin meningkat pula egoismenya. Sehubungan denganitu maka dalam masalah keagamaan anak telah menonjolkankepentingan dirinya dan menuntut konsep keagamaan yang merekapandang dari kesenangan pribadinya.c) AnthromorphisPada umumnya konsep anak mengenai ke-Tuhanan berasal darihasil pengalamannya dikala ia berhubungan dengan orang lain. tapirealitanya bahwa konsep ke-Tuhanan mereka tampak jelas memegangaspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalampikiran mereka menganggap bahwa peri keadaan Tuhan itu samadengan manusia. konsep ke-Tuhanan yang demikian itu mereka bentuksendiri berdasarkan fantasi masing-masing.d) Verbalis dan ritualisDari realita yang kita alami ternyata kehidupan agama padaanak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula dari sebab verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaandan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkanpengalaman mereka menurut tuntutan yang diajarkan kepada mereka.e) ImitativeDalam kehidupan sehari- hari dapat kita saksikan bahwatindakan keagamaan yang dilakukan anak-anak pada dasarnya merekaperoleh dari meniru. Berdo'a dan sholat misalnya mereka laksanakankarena hasil melihat perbuatan lingkungannya, baik berupa pembiasaanataupun pengajaran yang intensif. Walaupun anak mendapat ajaranagama tidak semata-mata berdasarkan yang mereka peroleh sejak kecilnamun pendidikan keagamaan sangat mempengaruhi terwujudnyatingkah laku keagamaan melalui sifat meniru itu.f) Rasa heranRasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaanyang terakhir pada anak. Rasa kagum pada anak belum bersifat kritisdan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriah saja.Rasa kagum mereka dapat disalurkan melalui cerita-cerita yangmenimbulkan rasa takjub

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari belajar bersama